Renungan Tetes Embun: Minggu, 5 Februari 2023.
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi” (Mat 5: 13-14)
Untuk memudahkan mengenal seseorang, maka diperlukan sebuah identitas. Identitas adalah suatu tanda yang spesifik untuk mengetahui, mengenal dan menemukan seseorang misalnya dengan nama, ciri fisik, gender atau ciri khusus lainnya yang melekat di dalam diri seseorang. Salah satu contoh adalah kolom kolom yang terdapat di dalam Kartu tanda penduduk yang beredar di Negara kita.
Kolom – kolom tersebut merupakan informasi yang memuat beragam informasi secara spesifik seperti nama, jenis kelamin agama serta informasi lainnya yang berkaitan dengan identitas yang melekat secara khusus pada seseorang . Sehingga dapat dipahami bahwa identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita. Injil hari ini dengan gamblang mengajarkan mengenai identitas pengikut Yesus itu.
Terdapat dua lambang yang menjadi identitas kita sebagai murid yang percaya kepada Yesus . kedua hal tersebut menjadi pembeda dengan orang orang yang tidak mengikuti Yesus yakni identitas kita adalah sebagai garam dan terang dunia. Keduanya memiliki sifat yang sangat mencolok, keduanya memiliki pengaruh yang besar terhadap hidup manusia yakni garam memiliki rasa asin, dan terang selalu bercahaya.
Yesus menekankan siapa kita, sebelum berbicara tentang apa yang harus kita perlu lakukan. Artinya, setiap orang yang percaya padaNya diberikan kemampuan untuk memberikan pengaruh pada dunia di sekitarnya. Pengaruh untuk menanamkan nilai-nilai kerajaan Surga. Pengaruh itu tampak dari bagaimana anda hidup, keputusan yang anda buat, cara anda menggunakan uang, bagaimana anda membesarkan anak, berkomunikasi di chat, atau bahkan ketika anda sedang marah atau komplain kepada orang lain.
Identitas kita harus nampak seperti cahaya, hidup kita harus mampu memberi rasa bagai garam sehingga kehidupan kita menjadi tanda pembeda antara kita yang mengenal Yesus dengan mereka yang tidak mengenal Yesus.
Jangan sampai mereka yang tidak mengenal Yesus berujar, “Oo bedanya sama saya yang tidak mengenal Yesus yaitu dia cuman berdoa kalau hari Minggu, itu pun kalau tidak kegeser ama acara lain,” atau, “Bedanya sama saya yang tidak mengenal Yesus, kalau dia dapet sesuatu yang baik bilangnya ‘Haleluya, puji Tuhan’, tapi kalau pas dapet tidak baik sama aja tuh gaya marah-marahnya suka memaki juga.
Atau yang lebih buruk anda dikenal tidak ada bedanya dengan mereka yang tidak mengenal Yesus.
Allah Tritunggal Maha Kudus, ku angkat syukurku atas hari yang telah terlewati,Ajarkan aku agar mampu bercahaya dan memberi rasa untuk keluarga, masyrakat, komunitas serta bangsa ini sehingga dengan demikian mereka mengenal Engkau sebagai satu satuNya Allah. sebab hanya Engakulah Tuhan yang berkuasa dan berdaulat untuk selamanya. Amin
Penulis Renungan: A. Rangga A. Nalendra
Pengisi Renungan: Hedwigis Belto Rosyandari