GEMBALA YANG BAIK

Renungan Tetes Embun: Minggu, 30 April 2023

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm.23:4)

Bacaan hari ini baik dari Injil Yohanes maupun Mazmur berbicara tentang hal yang sama yaitu gembala yang baik. Salah satu kebaikannya adalah diungkapkan dalam 1 Petrus 2:24 yaitu Tuhan memikul salib agar kita bisa hidup dalam kebenaran.

Di era saat ini teknologi berkembang dengan cepat sehingga tidak mengherankan distorsi informasi dengan mudah terjadi. Kita menjadi sulit membedakan mana informasi asli atau informasi palsu
dan tentu saja hal tersebut memberikan dampak dalam pengambilan keputusan kita sehari hari. Oleh karena itu kita dapat memilih informasi dengan melihat sumber yang terpercaya seperti situs pemerintah dan sebagainya.

Demikian pula dalam hal iman, seringkali dalam era yang membuat kita mempertanyakan iman kita dapat mengikuti sumber yang benar. Dalam 1 Petrus 2:21 dikatakan bahwa Yesus sudah meninggalkan teladan dan agar kita dapat mengikuti jejak Nya atau dengan kata lain kita tidak menjadi sesat.

Selain tidak menjadi sesat, pemazmur juga mengungkapkan dengan mengikut Tuhan sebagai gembala maka kita akan dimampukan untuk berani berjalan di dalam lembah kelam, kita menjadi berani menghadapi segala situasi yang mampu mengoncangkan iman. Bukan hanyan menjadi berani tetapi juga pemeliharaan Tuhan sehingga kita tidak kekurangan apapun.

Pilihan untuk mengikut Kristus ini juga ditunjukkan oleh sikap jemaat mula mula dalam Kisah Para Rasul 2 untuk di baptis. Menariknya jika semua hal tersebut berjalan mengapa masih ada anak anak Tuhan yang tersesat? Jawabannya ada dalam bacaan Yohanes 10:1-10 yaitu ketidakmampuan orang untuk membedakan antara pencuri perampok dan penjaga.

Lebih lanjut bacaan Injil tersebut mengungkapkan bahwa pencuri perampok tidak mengenal dombanya sedangkan penjaga mampu memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya. Oleh karena, ikutilah pribadi yang sungguh sungguh mengenalmu dan mampu menuntun mu agar engkau mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan

Tuhan terimakasih atas pengorbanan Mu diatas kayu salib agar aku memperoleh hidup. Oleh karena itu ya Yesus, ajarkan aku mengenal suara Mu dan gerak kan ku agar mau di tuntun oleh Mu dalam segala situasi hidup. Amin.

Penulis Renungan: Ali Wardhana
Pengisi Renungan: Benedictus Isworohadi

MUJIZAT DAN IMAN

Renungan Tetes Embun: Sabtu, 29 April 2023

“Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?”(Mzm.116:12)

Bacaan hari ini yang diambil dari Kisah Para Rasul 9:31-42 bercerita tentang mujizat atas nama Tuhan Yesus Kristus yaitu menyembuhkan Eneas yang sudah lumpuh selama 8 tahun dan membangkitkan Tabita yang sudah meninggal. Menariknya seluruh mujizat itu dilakukan oleh rasul Paulus yang sebelumnya mengancam untuk mengejar dan bahkan membunuh murid murid Yesus.

Suatu saat teman saya bercerita bahwa ia sedang dalam kesulitan keuangan karena cicilan rumahnya berjalan bersamaan dengan rencana pernikahannya. Memang sebelumnya ia tidak merencanakan menikah dan milih hidup selibat namun Tuhan berkehendak lain, sehingga rencana keuangan menjadi sedikit
terganggu.

Mendengar kesulitan tersebut lantas sebagai teman saya memberikan saran kepada teman saya untuk berdoa kepada Tuhan Yesus melalui Bunda Maria dengan berdoa rosario. Singkat cerita, ia melaksanakan nasihat saya dan pada akhirnya seluruh kesulitan dapat ia lewati dengan baik.

Melalui kisah teman saya dan kisah dari bacaan hari ini kita dapat melihat betapa luar biasa Nya Tuhan kita. Seperti lirik sebuah lagu, bahwa Tuhan tidak pernah berjanji langit selalu biru, Tuhan tidak berjanji bahwa hidup kita tidak ada masalah seperti yang dialami oleh Eneas dan Tabita.

Namun justru melalui serangkaian masalah itulah kita bisa melihat berbagai mujizat atas hidup kita atau bahkan melalui masalah kita itulah Tuhan mempertontonkan kuasa Nya atas hidup kita tanpa mempedulikan apa latar belakang kita, sekalipun orang dengan latar belakang seperti
rasul Paulus.

Jika demikian tidak mengherankan jika pemazmur mengatakan bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku karena memang begitu besar perbuatan baik Tuhan atas kita. Sebagai penutup, lantas yang menjadi pertanyaan bagi diri kita adalah ketika badai permasalahan tersebut datang dan kemudian menggoncang iman kita, apakah kita memilih yakin dengan iman atau memilih mundur seperti Murid-murid di Galilea dalam bacaan injil Yohanes 6:60-69? Tuhan Memberkati.

Tuhan aku mengucap syukur atas segala perbuatan baik yang Engkau curahkan atas hidupku tanpa melihat siapa aku. Kuatkanlah aku ya Tuhan agar ketika iman ku tergoncang, aku tidak mundur melainkan terus berjalan bersama Mu karena aku tahu Engkau akan menyertaiku sekarang dan selama lama nya. Amin.

Penulis Renungan: Ali Wardhana

Pengisi Renungan: Benedictus Isworohadi

AKULAH MILIK-MU

Renungan Tetes Embun: Jumat, 28 April 2023

“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di
dalam dia” (Yoh. 6:56)

Hari ini adalah Peringatan Orang Kudus Katolik yaitu Santo Louis Marie Grignon de Monfort di mana dalam sebuah doa, beliau berkata Totus Tuus ego sum yang berarti Akulah Milikmu. Pernyataan tersebut memiliki arti penyerahan hidup seutuhnya yang kemudian digambarkan oleh bacaan hari ini dari Kisah Para Rasul 9:1-20 tentang pertobatan Saulus yang kemudian menjadi milik Tuhan seutuhnya.

Ketika muda saya memiliki sebuah keyakinan bahwa saya mampu melakukan segala sesuatu dengan kemampuan saya. Suatu sikap yang mungkin umum dialami oleh orang dalam rentan usia 20 -an. Hingga suatu saat saya mengalami suatu masalah yang cukup rumit dan sayangnya setelah mencoba berbagai cara saya tidak menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi.

Peristiwa tersebut kemudian sempat membuat saya kehilangan arah hidup namun peristiwa tersebut pula menyadarkan saya bahwa akulah milik Nya sehingga bukan lagi kehendak ku yang terjadi melainkan kehendak Nya yang terjadi.

Peristiwa saulus menjadi Paulus merupakan peristiwa yang berkesan buat saya. Bukan hanya karena Paulus menjadi nama baptis dan santo pelindung saya pribadi melainkan pesan di balik peristiwa tersebut.

Menurut saya Tuhan hendak berpesan melalui peristiwa tersebut adalah kita semua termasuk saulus pada waktu itu, adalah Milik Tuhan seutuhnya, sehingga kita mau berlari kemanapun pada akhirnya kita akan kembali kepada-Nya.

Hal tersebut kemudian dipertegas oleh ucapan Yesus dalam Yohanes 6:53 dimana dikatakan sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.

Makna ucapan tersebut tentu tidak bisa di terjemahkan secara harafiah namun memiliki makna bahwa kita memang hidup didalam Dia agar kita memiliki arah dan makna dalam hidup ini. Dengan kata lain, kita diminta mengakui bahwa kita adalah miliknya dan tentu saja sebagai kepunyaan Nya kita tentu akan mengizinkan Sang Pemilik untuk masuk dan pada akhirnya tinggal dalam hidup kita.

Tuhan terima kasih telah menjadikan ku Milik mu sehingga aku boleh terus berjalan dalam terang Mu. Jika suatu saat aku menjadi lupa bahwa aku Milik Mu maka kiranya Engkau sudi menegurku dengan kelemahlembutan Mu. Amin.

Penulis Renungan: Ali Wardhana

Pengisi Renungan: Benedictus Isworohadi

BERBINCANG DAN PERCAYA

Renungan Tetes Embun: Kamis, 27 April 2023

“Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” (Mzm. 66:20)

Bacaan hari ini yang diambil dari injil Yoh 6 :44-51 yang berbicara terkait Yesus sebagai Roti hidup dimana bacaan ini merupakan kesinambungan dengan bacaan Injil kemarin. Intisari dari bacaan Yoh 6 :44-51 adalah hidup yang kekal bagi yang percaya pada Nya.

Bacaan tersebut juga diiringi oleh bacaan Kisah Para Rasul 8:26-40 yang menceritakan tentang seorang sida-sida yang menyerahkan dirinya untuk dibaptis dan kemudian memperoleh sukacita. Kedua bacaan tersebut memiliki benang merah yaitu Percaya.

Dalam bekerja saya lebih banyak menggunakan logika berfikir hingga suatu saat saya berhadapan dengan seseorang yang betul betul saya tidak dapat mengerti. Tindakan dan cara berfikir orang tersebut tidak dapat saya cerna dengan logika, sebagai akibatnya saya kesulitan dalam berkomunikasi dan memahami orang tersebut.

Hingga suatu saat saya meluangkan waktu untuk berbincang dengan dia dan pada akhirnya saya menjadi tahu alasan dibalik tindakannya dan kemudian timbul kepercayaan.

Merujuk pada kisah sida-sida yang menjadi percaya setelah Filipus meluangkan waktu untuk berbincang dibawah tuntunan Roh Kudus, maka kita dapat belajar dari Filipus bahwa kita sebaiknya meluangkan waktu untuk berbincang dan mendengar firman Tuhan.

Dalam Roma 10:17 jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Oleh karena itu kita harus mendengarkan dan pada akhirnya seperti sida-sida tersebut, kita menjadi percaya dan melalui percaya tersebut, Yohanes 6:47 mengatakan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

Sebagai penutup luangkanlah waktu berbincang dengan Tuhan agar rasa percayalah pada Tuhan Yesus sebagai roti hidup kian hari kian bertumbuh.

Tuhan terimakasih atas segala pengajaran Mu yang membuat ku semakin hari semakin percaya pada Mu. Bantulah aku agar semakin hari semakin mampu untuk mendengar mu. Amin

Penulis Renungan: Ali Wardhana
Pengisi Renungan: Aloysius Rangga Aditya Nalendra

MELIHAT DENGAN IMAN

Renungan Tetes Embun: Rabu, 26 April 2023

“Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.” (Yoh. 6:36)

Bacaan injil hari ini yang diambil dari Yoh 6:35-40 mungkin menjadi bacaan sering kita dengar. Walaupun demikian tetap ada menarik yaitu bacaan dengan judul Roti Hidup ini diletakan setelah mujizat mujizat besar yang terjadi seperti Yesus memberi makan lima ribu orang dalam Yoh 6:1-15 dan Yesus berjalan di atas air Yoh 6:16-21. Mengapa demikian?

Jika kita mengambil waktu sejenak untuk merenungi perbuatan Tuhan maka kita dapat menyadari berbagai mujizat mujizat dari Allah. Hal ini pun yang terjadi pada saya pribadi dimana salah satu mujizat besar yang saya terima adalah berhenti merokok.

Waktu itu malam tahun baru Imlek saya meminta kepada Tuhan, saya berkata bahwa saya ingin hidup baru tanpa ketergantungan dengan rokok dan hasilnya besok hari saat tahun baru imlek saya juga menjadi manusia baru yang tidak terikat rokok hingga hari ini.

Walaupun mujizat sudah terjadi tidak jarang ketika ada kesulitan terjadi kita menjadi ragu dengan Tuhan. Kita seolah olah tidak berdaya dengan situasi buruk yang menimpa. Oleh karena itu dalam Yohanes 6:36 Tuhan Yesus berkata Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.

Ayat ini mengingatkan kita akan situasi hari hari ini, kita yang sudah menerima berbagai mujizat namun justru menjadi tidak percaya lagi pada penyertaan Bapa sebagi akibat situasi buruk yang menekan.

Lantas apa yang bisa kita lakukan? Berkaca dalam Kisah Para Rasul 8:1-8, jemaat di Yerusalem betul betul meratapi kematian Stefanus tapi alih alih larut dalam kesedihan mereka justru menyebarkan injil.

Dengan kata lain situasi boleh saja buruk tetapi kita harus tetap percaya kepada Tuhan Yesus yang roti hidup agar tugas kita untuk terus menyebarkan sukacita injil dapat terus terus berjalan. Melalui percaya percaya kepada-Nya lah kita akan beroleh hidup yang kekal.

Sebagai penutup Mazmur 66:5 mengatakan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah yang dahsyat atas kita, oleh karena itu tidak ada lagi keraguan kita dan kita harus terus percaya.

Tuhan aku bersorak sorai atas perbuatan Mu yang dahsyat atas ku, bantulah aku agar terus percaya dengan Mu Sang Roti hidup agar aku beroleh hidup yang kekal . Amin.

Penulis Renungan: Ali Wardhana
Pengisi Renungan: Aloysius Rangga Aditya Nalendra

PROVIDENTIA DEI

Renungan Tetes Embun: Selasa, 25 April 2023

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Petrus 5:7)

Providentia Dei yang menjadi judul renungan hari ini dapat diartikan sebagai pemeliharaan Tuhan atau penyelenggaraan Ilahi. Kata kata yang nampak sederhana pengucapannya ini menjadi tantangan di era yang dipenuhi dengan rasa insecure dan overthinking.

Suatu ketika saya berada di situasi yang tidak pasti dan menimbulkan beban pikiran yang berat. Kala itu di usia saya yang sudah 30 tahun lebih saya belum memiliki penghasilan yang memadai. Saya kemudian menjadi insecure dengan diri saya dan kemudian mengalami sulit tidur karena overthinking atau kelebihan berfikir.

Saya menjadi berlebihan dalam berfikir terhadap masa depan saya yang tanpa saya sadari Tuhan sebetulnya sudah rancangkan yang terbaik. Hingga suatu hari saya menjadi sadar setelah mendengarkan homili dari seorang Romo yang berkata bahwa kekhawatiran kita itulah yang pada akhirnya mencederai kasih Allah yang sempurna.

Situasi yang saya alami tersebut sebetulnya sudah di jawab oleh 1 Petrus 5:7 bahwa serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. Pemeliharaan inilah yang kemudian menjadi jaminan kita dalam menjadi pewarta injil. Ayat dalam 1 Petrus tersebut kemudian dilanjutkan oleh ayat yang mengatakan bahwa kita harus berjaga jaga dan melawan iblis.

Wujud dari iblis tersebut adalah kekhawatiran yang harus kalah karena kita sebagai murid-murid Nya memiliki tugas untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk (Markus 16:15). Namun yang menjadi pertanyaan sederhana bagaimana kita bisa memberitakan Injil atau kabar sukacita kalau kita sendiri masih penuh dengan kekhawatiran?

Oleh karena itu, kekhawatiran ini harus di lawan dengan iman yang teguh, dengan keyakinan bahwa kasih Tuhan dibangun untuk selama lamanya dan kesetiaan Tuhan yang tegak seperti langit (Mazmur 89:2). Sebagai penutup, dalam mewartakan kabar sukacita Injil mari kita ingat sejenak lagu dari Puji Syukur No. 680, yang berbunyi : Burung pipit yang kecil, Dikasihi Tuhan terlebih diriku Dikasihi Tuhan

Tuhan terima kasih atas janji pemeliharaan Mu yang kekal. Kuatkanlah langkah ku dalam mewartakan kabar sukacita Injil dalam kehidupan sehari hari dan teguhkan iman ku dalam melawan kekhawatiran hidup yang berlebih . Amin

Penulis Renungan: Ali Wardhana
Pengisi Renungan: Aloysius Rangga Aditya Nalendra

MEMAHAMI KEPUTUSAN ALLAH

Renungan Tetes Embun: Senin, 24 April 2023

“Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib. (Mzm. 119:27)

Seringkali situasi membuat kita mempertanyakan tindakan Tuhan atas kita. Seringkali kita bertanya mengapa demikian, mengapa saya, kenapa tidak begini dan seterusnya. Hal tersebut terjadi karena kehendak kita dan kehendak Allah tidak sejalan dimana kita melihat bahwa kehendak kitalah yang terbaik. Jika sudah demikian apa yang bisa kita lakukan apa yang kita kerjakan bisa kemudian seturuk kehendak-Nya dan kita menjadi berhenti bertanya tanya? Jawabannya ada pada 1 ayat bacaan hari ini yaitu dalam Yohanes 6 ayat 29, yaitu Percaya pada Dia yang diutus Allah.

Situasi tersebut juga saya alami dengan selalu bertanya kok begini Tuhan kan harusnya bisa cara lain Tuhan. Saya terus bertanya hingga suatu ketika ketika saya membaca perjanjian baru, saya menemukan 1 ayat yang kemudian menjadi pegangan saya dan terus saya pakai dalam rumah tangga yang saya bangun.

Demikian inspirasi yang saya peroleh dari Roma 11:33 yaitu Sungguh dalam dan tak terselami segala keputusan Allah yang terjadi atas hidup kita, oleh sebab itu wajar jika kita tidak mengerti apa yang Tuhan mau dan yang bisa dilakukan adalah percaya dan tunduk dibawah kehendak Nya sebab mau bagaimanapun juga aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan Mu.

Itulah sebabnya Yohanes 6 ayat 29 berkata percayalah dia yang diutus Allah. Serahkan semua pengertianmu kepada Roh Allah yang menuntunmu. Kisah Para Rasul 6 menjadi bukti nyata bahwa ketika Stefanus menyerahkan pemahamannya kepada Roh maka orang orang orang yang bertanya jawab dengan nya tidak sanggup melawan hikmatnya. Inilah yang terjadi ketika kita total percaya walaupun ada kemungkinan situasi tidak menyenangkan akan terjadi seperti penyergapan yang terjadi pada Stefanus.

Apa yang kita hadapi seringkali memaksa kita untuk meragukan Allah, namun pesan dari Yohanes 6 sangat jelas untuk mendorong kita agar hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah. Kita diminta untuk bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia.

Tuhan, seperti Salomo yang meminta hikmat kepada mu, maka limpahi lah diriku hikmat agar aku dapat mengerti petunjuk titah-titah-Mu dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib. Amin

Penulis Renungan: Ali Wardhana
Pengisi Renungan: Rosita Sukadana

HARUS MENDERITA

Renungan Tetes Embun: Minggu, 23 April 2023

“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (Lks. 24:25-26)

Kisah para Rasul mengisahkan Petrus yang amat berani mewartakan sekaligus mengingatkan bagaimana orang-orang Yahudi telah berbuat sangat tanpa perikemanusiaan terhadap Yesus yang sebenarnya sudah dinubuatkan oleh para nabi. Kekejian dan penghinaan orang-orang Yahudi tidak berarti apa-apa atas Yesus yang memang dipermuliakan oleh Allah sendiri sesuai janji-Nya sebagaimana disampaikan kepada para nabi.

Santo Petrus dalam suratnya mengingatkan manusia untuk takut akan penghakiman akhir yang berarti harus menjauhi dosa. Sampai saat inipun kita harus menjauhi dosa karena kita sudah ditebus dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. 1 Ptr. 1:19 Injil Lukas mengisahkan perjumpaan Yesus dengan dua murid yang menuju ke Emaus. Bagaimana kekecewaan dan ketakutan mereka atas sengsara dan penyaliban Yesus
benar-benar membuat mereka diliputi keputusasaan hingga mereka tidak menyadari kehadiran Yesus sendiri.

Inilah yang umum dan nyaris selalu terjadi pada kita sebagai manusia. Saat bencana, derita, duka, masalah, dan atau problema apapun melanda maka kita hanya akan fokus pada apa yang dialami/terjadi bahkan mungkin berpikir atau terucap, “Di mana Tuhan, kenapa semua ini terjadi pada saya, apa salah saya?”

Apa ya benang merah dari ketiga bacaan hari ini? Bacaan pertama mengisahkan rangkaian misteri Tuhan bagaimana Yesus yang sudah dinubuatkan sejak jaman para nabi harus melalui semua derita dan sengsara sebelum sampai pada kemuliaan yang dijanjikan. Bacaan kedua menunjukkan bahwa semua derita dan sengsara itu adalah misteri penebusan.

Injil mengingatkan bahwa hanya penderitaan jalan menuju kemuliaan, lha Putra Allah sendiri harus melalui sedemikian apa lagi kita makhluk ciptaan. Seberat apapun bencana, derita, duka, masalah, dan atau problema … tengoklah salib … dan sadarilah Dia telah memikul semua dosa kita. Janganlah kita menjadi bodoh dan hilang iman hanya karena terlalu fokus pada bencana, derita, duka, masalah, dan atau problema yang dialami karena itu memang proses yang harus dilalui.

Tuhan, sadarkanlah kami bahwa bencana, derita, duka, masalah, dan atau problema bukanlah akhir dari segalanya melainkan proses yang harus dilalui seturut Kehendak Ilahi menuju Kemuliaan Surgawi. Demi Tuhan yang hidup kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Penulis Renungan: Clara C. Maria Imm. Wara Wulandaru
Pengisi Renungan: Rosita Sukadana

AKU INI, JANGAN TAKUT!

Renungan Tetes Embun: Sabtu, 22 April 2023

“Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Aku ini, jangan takut!” (Yoh. 6:20)

Dalam Kisah para Rasul dan Injil Yohanes hari ini jelas sekali dikisahkan bagaimana manusia mengalami ketidakpuasan dan ketakutan. Ternyata kedua hal tersebut memang sudah mandarah daging sejak dahulu kala ya … sudah manusiawi sekali.
Para Rasul dalam mewartakan karya keselamatan ternyata juga ada pembagian tugas: pendoa, pelayan firman, dan melayani meja.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan melayani meja adalah berkenaan kebutuhan para janda. Jadi sebenarnya Teamwork
itu sudah diajarkan dan diimplementasikan sejak Umat Gereja perdana. Nah bagaimana kita dalam pelayanan dan pekerjaan sehari-hari? Kemandirian memang diperlukan namun kita harus ingat bahwa tim yang saling melengkapi satu sama lain
akan memberikan hasil yang optimal dan memudahkan dalam upaya mencari solusi.

Injil Yohanes mengisahkan bahwa dalam kebersamaan sekalipun, ketakutan menghadapi situasi sulit pasti bisa saja timbul. Cermatilah kisah dalam Injil Yohanes, ternyata ketakutan berlebihan atau yang amat sangat atau bahasa kekinian diidentikkan dengan paranoid kerap membuat kita tidak bisa menyermati sesuatu dengan jelas walau sesuatu itu adalah solusi dari permasalahan yang kita hadapi.

Kisah para Rasul dan Injil Yohanes mengingatkan kita untuk jangan khawatir dan takut menghadapi segala sesuatu. Ini juga bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari saat kita menghadapi permasalahan studi, pekerjaan, relasi, intinya menghadapi permasalahan apapun dalam kehidupan. Kita juga diingatkan bahwa kebersamaan dapat sungguh menguatkan kita satu sama lain.

Coba bayangkan jika para Rasul harus melayani Umat yang sangat banyak tetapi tidak menemukan tim kerja yang dapat diandalkan. Jadi membangun relasi untuk membentuk tim kerja yang solid adalah salah satu modal dalam pelayanan dan karya. Dalam berelasi dan membangun tim, tetap ingat untuk mohon Terang Ilahi ya, karena manusia beragam. Tim yang solid memampukan kita mencari solusi dan menghadapi permasalahan.

Saat masuk dalam dilema, coba sejenak undur diri dari keramaian, masuk dalam suasana doa, biarlah Tuhan sendiri bersabda nun dalam keheningan hati, “Ini Aku, jangan takut!”

Tuhan, ingatkanlah dan sadarkanlah kami senantiasa bahwa Engkau setia hadir dalam setiap detak kehidupan kami. Saat mengarungi jalan yang paling terjal Engkau pasti akan menatang kami dan bersabda, “Ini Aku, jangan takut!” Demi Tuhan yang hidup kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Penulis Renungan: Clara C. Maria Imm. Wara Wulandaru
Pengisi Renungan: Rosita Sukadana

BERASAL DARI ALLAH

Renungan Tetes Embun: Jumat, 21 April 2023

“Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.”(Yoh 6:6)

Yesus yang jelas Putra Allah saja harus diadili, dihina, disiksa, memanggul salib, dan wafat di salib, sebelum dimuliakan oleh Tuhan melalui kebangkitan. Kenyataan inilah yang menjadi kekuatan iman para Rasul untuk terus mengajar dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias Kis. 5:42. Para Rasul adalah murid-murid pertama Yesus yang dipilih, berjalan bersama, mengikuti Jalan Salib, menjadi saksi Yesus wafat, menerima warta kebangkitan, dan menerima tugas perutusan untuk mewartakan kabar keselamatan ke seluruh dunia.

Dalam perjalanan waktu ada Yudas Iskariot yang berkhianat dan berakhir dengan bunuh diri. Rasul-rasul yang bertahan dan para pewarta keselamatan sesudahnya yang setia menjalani perutusan harus mengalami hina, siksa, bahkan ada yang sampai mati dibunuh, dan menerima rakhmat kemartiran. Kisah para Rasul mengisahkan bagaimana perjuangan para Rasul dalam bersaksi dan mewartakan karya keselamatan untuk membangun Gereja yaitu Umat Allah perdana yang mengimani bahwa Yesus adalah Mesias.

Dikisahkan juga bahwa ternyata di antara orang-orang Farisi yang berjuang sehebatnya demi Yesus dibunuh dan disalibkan akhirnya ada yang belajar dan menjadi bijak bahwa impossible untuk memusnahkan sesuatu yang berasal dari Allah Kis. 5:39. Misteri penggandaan lima roti dan dua ikan, sungguh menjadi kekuatan para Rasul, mereka percaya bahwa Tuhan Maha Tahu dan pasti akan bertindak pada waktu-Nya Yoh. 6:6. Para Rasul justru sangat bersyukur karena telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus Kis. 5:41.

Sebagaimana juga diteladankan oleh Santo Anselmus dari Canterbury yang diperingati hari ini, tetap setia mewartakan dan memegang prinsip kebenaran walau mengalami pengasingan dari penguasa yang mencoba menguasai kekayaan Gereja. Hmmm, setelah diteguhkan melalui perjuangan para Rasul dalam Kisah para Rasul dan Injil Yohanes yang secara gamblang mengisahkan penggandaan lima roti dan dua ikan, masihkah kita cemas, gelisah, khawatir, bahkan takut dalam memanggul salib-salib kecil kita mengarungi samudra kehidupan? Well itu manusiawi banget memang.

Jika belajar dari sejarah negeri kita, R.A. Kartini yang kita peringati hari ini, jelas berangkat dari kecemasan akan nasib kaum perempuan untuk memulai perjuangan. Kita memang hidup tidak di jaman Yesus, namun yakinlah Tuhan Maha Tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya atas setiap kita pribadi per pribadi. Ingatlah Sabda-Nya kepada Thomas, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya juga.” Para Rasul, Santo Anselmus dari Canterbury, dan R.A. Kartini adalah contoh nyata yang mengimani Tuhan akan berkarya pada waktu-Nya. Ingat dan yakinlah, Tuhan tidak akan memberikan percobaan tanpa memampukan kita.

Marilah berdoa Tuhan, ajarlah kami semakin mengimani dan percaya bahwa jika kami berserah kepada-Mu dan setia mengikuti-Mu maka segala yang terjadi dan kami terima dalam kehidupan adalah sungguh seturut kehendak-Mu dan berasal dari-Mu. Demi Tuhan yang hidup kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Penulis Renungan: Clara C. Maria Imm. Wara Wulandaru
Pengisi Renungan: Maria Indah Stephanie