SANTO PETRUS KANISIUS

Kisah Orang Kudus 21 Desember 2022: Santo Petrus Kanisius

Tidak banyak orang dianugerahi karisma yang begitu besar seperti Petrus Kanisius. Karismanya terletak pada pandangannya yang meluncur jauh ke depan, menguak dan menyingkapkan kebutuhan zaman dan Gereja sepanjang masa terutama di bidang pendidikan dan penerbitan.

Ia lahir di Nijmegen-Belanda pada tanggal 8 Mei 1521. Pada waktu itu Nijmegen merupakan bagian dari Keuskupan Agung Koln yang masih di bawah pengawasan Jerman.

Petrus Kanisius adalah putera sulung Yakob Kanis, pengasuh putera-puteri bangsawan Lorranine dan walikota Nijmegen. Karena kecerdasan otaknya maka sudah sejak umur 15 tahun ia belajar di Universitas Koln.

Pada umur 19 tahun, Petrus Kanisius masuk Serikat Yesus. Semasa hidupnya ia menyaksikan pergolakan hebat di dalam Gereja, yaitu perpecahan di antara umat Kristen yang disebabkan Protestantisme.

Kesucian dan kariernya sangat kuat dipengaruhi oleh Petrus Faber dan Ignasius Loyola. Ia bertemu dengan Petrus Faber dalam sebuah retret. Sedangkan pengaruh dari Ignasius Loyola didapatnya karena selama 6 bulan di Roma, dia tinggal bersama Ignasius. Ia ikut ambil bagian dalam mendirikan rumah biara Yesuit di Koln, tempat ia menjalani masa novisiatnya.

Pada tahun 1546 ia ditahbiskan imam. Dalam waktu singkat ia segera terkenal sebagai seorang pengkotbah ulung. Pada waktu Konsili Trente, ia terpilih sebagai peserta dari kalangan ahli teologi. Pada tahun 1548 ia mengajar retorika di sebuah kolese Yesuit di Messina, dari Messina ia pindah ke Winna untuk tugas yang sama.

Lewat kotbah dan pengajaran agamanya yang mengagumkan, ia menanamkan pengaruhnya yang sangat besar di semua kalangan, sehingga membuat iri pihak protestan. Ia mengatakan bahwa cara terbaik untuk menyebarkan iman ialah dengan doa dan kerja keras bukan dengan mencemoohi agama lain.

Tiga kali ia ditawari jabatan uskup oleh raja tetapi ia menolaknya. Baru pada tahun 1557 ia ditunjuk oleh Ignasius menjadi administrator pada takhta keuskupan yang sedang kosong. Di masa itu ia banyak menulis buku-buku pelajaran agama atau katekismus, mendirikan sekolah dasar, kolose dan seminari.

Dengan tekun dan rajin ia mengajar, berkotbah dan menguatkan iman para rohaniwan yang mengalami krisis dalam menghayati panggilannya. Ia mempunyai keyakinan bahwa berkarya di tanah airnya sendiri tidak kalah dengan bertugas sebagai misionaris di tanah asing.

Pandangannya jauh ke depan, maka di samping pendidikan, ia juga memelopori karya penerbitan buku-buku. Kepada mereka yang mengatakan bahwa ia bekerja terlalu keras, Petrus Kanisius akan menjawab : “Jika kamu mempunyai terlalu banyak perkara untuk dikerjakan, maka dengan bantuan Tuhan, kamu akan memperoleh cukup waktu untuk mengerjakan semuanya.”

Ia meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 1597 dalam usia 78 tahun ketika sedang bertugas di Fribourg, Switzerland. Oleh Paus Pius XI, ia digelari ‘Santo’ dan ‘Pujangga Gereja’, dan dianggap sebagai Rasul Jerman Kedua.

Penulis: Arief Setyawan. Pengisi: Dionisius Agus Puguh

KEHADIRAN


Renungan Tetes Embun, Rabu, 21 Desember 2022

Dan ketika Elisabeth mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabeth pun penuh dengan Roh Kudus. (Lukas 1:41)

Dalam ajang piala dunia 2022 di Qatar beberapa waktu lalu, terjadi peristiwa menarik ketika pertandingan antara Wales VS Iran yakni seorang kiper dari Negara Wales, Wayne Hennessey terpaksa menerima kartu merah di menit yang menentukan yakni di menit ke 86.

Akibatnya Wales hanya bermain dengan 10 pemain karena Wayne Hennessey terusir di lapangan hijau. Ketidakhadiran Wales mengguncang pola permainan tim mereka Wales sehingga dua gol dari Iran bersarang di jaring Wales hingga peluit dibunyikan tanpa ada perlawanan. Kejadian tersebut menghantarkan Iran memenangkan pertandingan itu.

Kehadiran kiper dalam permainan sepak bola bukan hanya sebagai pemain kunci yang menjaga mistar gawang dari gempuran pemain lawan, namun juga menjadi pengatur pola tempo serangan sehingga ketika sang kiper terkena cedera atau harus keluar lapangan karena kartu merah, tentu saja mengganggu dan memberikan dampak yang sangat besar terhadap tempo permainan. Itulah pentingnya sebuah kehadiran. Sehingga jika posisinya digantikan atau tidak dapat hadir maka akan berimbas kepada situasi lainnya.

Kehadiran dapat diartikan bukan hanya dalam hadir bentuk fisik jasmani namun kehadiran diartikan keberadaan seseorang secara menyeluruh baik itu secara fisik serta berupa semangat, suka cita, motivasi, tenaga,daya pikir,ide ide yang dapat merepresentasikan keberadaan seseorang. Sehingga kehadirannya menjadi sesuatu yang bernilai untuk ditunggu.

Injil Lukas hari ini hendak menggambarkan sebuah kehadiran. Maria diceritakan datang menemui saudarinya Elizabeth. Uniknya kehadiran Sang Bunda Allah ini sungguh dinanti. Hal ini terlihat ketika salam dari Bunda Maria, maka melonjaklah anak yang di dalam rahim Elizabeth dan Elisabeth pun penuh dengan Roh Kudus.

Sang penginjil bukan hanya ingin menggambarkan sebuah pertemuan antara Bunda Maria dan Elizabeth, namun hendak pula menggambarkan makna sebuah kehadiran. Elisabeth menyadari bahwa yang baru saja dialaminya itu adalah sesuatu yang luar biasa sampai-sampai anak yang ada dalam kandungan melonjak di dalam rahimnya karena kegirangan.

Kehadiran Maria bukan saja sungguh dinanti namun juga menjadi kebahagiaan bagi Elizabeth karena merasa dihormati.

Elizabeth tahu bahwa Maria adalah seorang perempuan luar biasa yang dipilih Allah dan diistimewakan Allah untuk mengandung dari Roh Kudus sehingga Elizabeth merasa tidak layak atas kehadiran Bunda Maria tersebut katanya ‘Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?’

Kehadiran Bunda Maria merupakan sebuah simbol saling menguatkan, saling meneguhkan dan saling berbela rasa satu sama lain. Bunda Maria mengunjungi Elizabeth bukan hanya sekedar bertanya kabar namun ikut pula mewartakan kabar suka cita akan keselamatan lewat hadirnya Yesus di dalam rahimnya. Sehingga kehadirannya sungguh terasa dan berdampak membawa suka cita.

Sebagai umat beriman Katolik, misi perutusan kita adalah menghadirkan wajah Kristus di tengah dunia, sehingga kita harus mampu menghadirkan wajahNya bagi sesama, mewartakan kehadiranNya dalam karya kerja kita serta dalam perutusan tugas kita masing masing di dalam masyarakat.

Untuk kita refleksikan bersama apakah kehadiran saya, anda, kamu, kita semua sudah mampu memberikan daya suka cita bagi orang lain?

Kerap kali kita hadir dalam pertemuan di lingkungan, pertemuan di masyarakat, pertemuan ibadah hanya secara fisik. Kadangkala fokus pikiran kita terpusat pada gawai pribadi kita, sosial media kita, atau bahkan hadir hanya sebagai formalitas menggugurkan kewajiban, sehingga tak jarang interaksi saling meneguhkan, saling berbela rasa, saling menguatkan hilang terlewat begitu saja.

Momen kebersamaan yang ada hanya menjadi formalitas foto di sosial media, kehadiran dan ramah tamah semua menjadi Lips Service untuk mempercantik suasana. Alih alih menghadirkan Roh suka cita, roh Kudus namun yang terjadi adalah sebaliknya yakni hadirnya unclean spirit yang memberikan perpecahan dan ketidaknyamanan bagi interaksi sosial kita.

Pesan indah menjelang hari raya Natal ini bahwa kita masing masing diingatkan bahwa kehadiran bukan melulu soal fisik saja yang hadir,namun juga seluruh jiwa raga kita hadir, datang memberi dampak.

Memberikan peneguhan, berinteraksi satu sama lain untuk saling menguatkan sehingga kita sebagai Umat Katolik hadir di dalam masyarakat agar memiliki dampak bagi kehidupan di dalam masyarakat sehingga kehadiran kita menjadi sesuatu yang bernilai untuk ditunggu bagi orang lain.

Ya Yesus andalanku, aku bersyukur kepadaMu atas kehadiranMu dalam hidupku, ajarlah aku agar mampu menghadirkan wajahMu di tengah masyarakat, membawa sukacita dan rahmat bawalah aku masuk ke dalam hadiratMu agar segenap hidupku dimampukan membawa dampak positif di tengah masyarakat kami, sebab Engkaulah raja yang mulia dan kekal untuk selama lamanya demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin

Penulis: Rangga Nalendra. Pengisi: Rediningrum Setyarini

SANTO FILIGON

Kisah Orang Kudus 20 Desember 2022: Santo Filigon

Filigon terkenal sebagai seorang pengacara kawakan di kota Antiokia, Asia Kecil, pada abad keempat. Ia terkenal karena pidato-pidatonya yang berapi-api dan keberaniannya membela kliennya di muka pengadilan.

Ia tidak pernah kalah dalam semua perkara yang dibelanya. Ia orang jujur dan biasanya tidak bersedia membela orang-orang yang jelas-jelas berbuat salah. Sebagai orang Kristen, ia lebih dikenal karena kesalehan dan perbuatan-perbuatan amalnya.

Pada waktu Vitalis, uskup kota Antiokia meninggal dunia, Filigon terpilih menjadi Uskup Antiokia. Pengangkatan Filigon ini menyimpang dari kebiasaan yang berlaku dalam hal pemilihan calon uskup di antara imam-imam yang ada. Atas desakan umat, Filigon akhirnya bersedia ditahbiskan menjadi uskup.

Sejak itu keahliannya diabdikannya demi kepentingan Gereja dan pembelaan iman para rasul terhadap serangan kaum bidaah. Santo Yohanes Krisostomus memujinya sebagai seorang uskup yang suci, bijaksana, lagi rajin. Ia juga memuji kemurahan hati Filigon dalam memperhatikan kepentingan umatnya.

Dalam kamus hidupnya tidak terdapat kata-kata yang menaburkan benih kebencian diantara manusia. Miliknya menjadi juga milik orang miskin. Ketenangan jiwanya tidak pernah terganggu oleh kecemasan akan harta benda duniawi, hatinya tiada pernah ke san. Lima tahun sesudah menjabat uskup, Filigon meninggal dunia.

Penulis: Arief Setyawan. Pengisi: Dionisius Agus Puguh

PERCAYA

Renungan Tetes Embun, Selasa 20 Desember 2022

Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Lukas 1: 28)

Pada 108 tahun lalu, tepatnya ditanggal 25 Desember 1914 di front Ypres, Belgia, suatu keajaiban terjadi di tengah perang dunia I. Genjatan senjata terjadi tepat tengah malam pada perayaan Natal. Mayoritas pasukan yang terlibat dalam Perang Dunia I tiba tiba berhenti menembakkan senjata mereka. Para tentara kemudian menyanyikan lagu-lagu Natal sambil makan bersama.

Pada titik di sepanjang front timur dan barat, prajurit Rusia, Perancis, dan Inggris bahkan mendengar pasukan Jerman dalam nyanyian suka cita mereka. Pada saat fajar menyingsing, banyak tentara Jerman muncul dari parit mereka dan mendekati Sekutu pada tanah yang netral.

Pasukan Jerman berteriak “Selamat Natal” menggunakan bahasa lawannya. Awalnya muncul kekhawatiran ketika pasukan Jerman mendatangi garis perbatasan. Pasukan Sekutu pun mulai mempersiapkan persenjataan mereka. Namun, karena pasukan Jerman datang tak membawa senjata, sehingga kedua pihak saling percaya sehingga kedua belah pihak kemudian berani mendekat dan mulai mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Akhirnya momen ini disambut tentara Sekutu dengan baik dan saling menukar senyuman. Pada pria bertukar hadiah, rokok dan saling menyanyikan lagu Natal bersama-sama walau hanya sekejap namun kedua belah pihak saling percaya untuk menjaga perdamaian. Walau hanya sesaat, namun mereka percaya bahwa natal bukan sekedar perayaan simbolis namun menghadirkan damai.

Kepercayaan yang terbangun mampu meruntuhkan kebencian dan perbedaan mereka, dan dengan percaya mereka dapat menikmati sebuah perdamaian.Andaikan tidak saling percaya pastilah keajaiban natal yakni damai di tengah perang tidak terjadi.

Gambaran mengenai Kepercayaan ini pula tergambar pula dalam kisah Injil Lukas yang mengetengahkan mengenai kisah kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, di mana Allah berinkarnasi menjadi manusia, mengambil wujud seorang hamba dan dengan seorang wanita untuk dilahirkan ke dunia.

Bunda Maria menerima dengan penuh kepercayaan terhadap berita dari malaikat Tuhan Gabriel. Kepercayaan akan berita yang dibawa oleh malaikat itu, menghapus ketakutan bunda Maria sebab sejak dahulu orang yang hamil tanpa status pernikahan itu dianggap aib.

Karena itu, siapa pun perempuan yang mengalaminya akan menutupinya sedapat mungkin. Bila ketahuan pasti mendapatkan sanksi sosial, dikucilkan, dan harus menanggung malu. Dalam budaya Yahudi tempat Maria hidup, hukumannya dirajam batu karena dianggap hamil di luar pernikahan sebagai bagian dari berzina.

Karena itulah, ketika malaikat Gabriel datang kepadanya memberitahukan bahwa ia akan mengandung, Maria berkata: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku belum bersuami?” secara kemanusiaan Bunda Maria pasti membayangkan betapa dahsyat hukuman yang akan diperolehnya.

Ia pasti bergolak secara mental. Apa kata orang dan pembelaan apa yang akan disampaikannya? Tetapi ia memilih percaya total akan kehendak Allah, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Ia tidak menolak, tetapi menerima dengan percaya sepenuhnya berserah kepada Allah. Maria tahu bahwa Allah, berkuasa menolong dan melindunginya sehingga dengan percaya dengan kerendahan hatinya, Bunda Maria mengajarkan untuk berani terbuka terhadap kehendak Allah, dan beriman kepada Allah dengan total.

Kadang kala kemanusiaan kita berontak terhadap kehendak Allah, terkadang menyalahkan Allah di setiap peristiwa sedih kita, “kok Tuhan jahat sih!” Mencaci Allah ketika kehendak kita tidak sesuai dengan kehendak Allah. “Duh ,Tuhan tidak sayang saya,nih karena doa-doa saya tidak dikabulkan”, bahkan tak jarang kita menolak kehendak Allah bahkan berusaha menyetir kehendak Tuhan. “Jika Engkau Tidak Menangkan Kami, Kami Khawatir Ya Allah, Tak Ada Lagi yang menyembahMu.”

Ungkapan ungkapan tersebut merupakan contoh yang banyak terjadi di dalam masyarakat kita. Tantangannya yakni setiap hari kita dihadapkan pada ujian yang menuntut keteguhan iman. Kehormatan dan kehidupan dipertaruhkan.

Tak sedikit orang yang, ketika mengalaminya, imannya gugur dan meragukan Tuhan. Mereka takut direndahkan, takut kehilangan pekerjaan, takut dihukum, dan lain-lain. Karena itu, sebagai seorang Katolik belajarlah dari kesetiaan dan kepercayaan Maria secara total bahwa Allah tidak akan memberikan yang terburuk namun yang terbaik diantara yang paling baik.

Ya Yesus andalanku, aku bersyukur kepadaMu karena menghadirkan Bunda Maria sebagai teladan iman. Mampukan hatiku untuk berani berkata terjadilah menurut kehendak-Mu, ajarlah aku percaya agar hanya kehendak-Mu yang terjadi dalam setiap jengkal jalan hidupku sebab Engkaulah raja yang mulia dan kekal untuk selama lamanya demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin

Penulis: Rangga Nalendra. Pengisi: Rediningrum Setyarini

SANTO NEMESIO

Kisah Orang Kudus 19 Desember 2022: Santo Nemesio

Nemesio berkebangsaan Mesir. Pada waktu Kaisar Decius melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen dan gencar menghambat kemajuan agama Kristen, ia berada di Aleksandria.

Ia bukan saja seorang serani yang baik, melainkan juga seorang rasul yang giat. Oleh sebab itu ia dibenci oleh orang-orang kafir yang fanatik, ditangkap, dan diajukan ke pengadilan dengan tuduhan sebagai seorang pencuri. Ia kemudian dilepaskan lagi karena ternyata tidak bersalah.

Tidak lama kemudian ia sekali lagi ditangkap karena imannya dan dibawa ke pengadilan Prefek Romawi di Aleksandria.Terdorong oleh cinta kasih kepada penebusnya, Nemesio dengan sabar dan gembira menanggung semua penderitaan yang ditimpakan kepadanya. Ia mengerti bahwa seperti para rasul di Sanhendrin, ia telah dipandang layak menderita penghinaan karena Yesus. Akhirnya ia dihukum mati bakar bersama dengan beberapa penjahat kakap di daerah itu.

Empat orang prajurit Romawi yang beragama Kristen dan seorang lainnya mendampingi Nemesio dalam saat-saat terakhir menghadapi maut. Mereka menghibur dia dan memberinya makan. Namun perbuatan mereka itu diketahui oleh Prefek Aleksandria, kelima orang serani itu pun dihukum mati dengan pedang. Nemesio mati sebagai martir pada tahun 247.

Penulis: Arief Setyawan Pengisi: Dionisius Agus Puguh

KERAGUAN


Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.” (Lukas 1 : 18)

Jika sobat berkunjung ke barak tentara Indonesia, kita sering kali kita mendapati slogan besar yang tertulis Ragu ragu, lebih baik kembali!. Slogan tersebut bukan saja sebagai pengingat namun juga memberikan pesan bahwa setiap langkah yang diselimuti keraguan, pasti tidak akan menyelesaikan persoalan sehingga lebih baik kembali ke titik awal untuk menyusun kembali keyakinan.

Keraguan merupakan hal dasar yang ada dalam setiap manusia.. Dalam dunia psikologi keraguan dipandang sebagai sebuah sindrom yang dikenal sebagai impostor syndrome yakni sebuah sindrom di mana manusia memiliki keraguan atas diri sendiri dalam mencapai suatu tujuan. Sindrom ini umum dijumpai dalam kehidupan dan cukup mengganggu karena jika terus menerus terjadi dapat menimbulkan kecemasan, stres, bahkan depresi.

Hal ini timbul ketika logika tidak bertemu ketika menghadapi kenyataan. Sering kali keraguan itu muncul karena kita mengandalkan diri kita sendiri, ah jangan jangan gagal nih karena saya tidak pandai bahasa Inggris.

Aduh bisa nggak yah, karena saya tidak kaya,mana mungkin saya bisa lulus. Gimana nih, kayaknya gagal nih. Gak mungkin saya bisa lalui ini semua saya kan lemah.

Ini semua merupakan salah satu contoh ungkapan keraguan sering kali kita ucapkan dengan tidak sadar, meragukan kemampuan diri kita ketika melihat tantangan yang besar, melihat kondisi yang berat secara tidak sadar keraguan ini membawa kita kepada ketidakpercayaan. Alih-alih berhasil tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Padahal ada elemen lain di luar kemampuan kita yang dapat membantu kita yakni Iman.

Hal yang sama terjadi dalam kisah Injil yang disampaikan kepada kita hari ini. Penginjil Lukas nampaknya menguraikan dengan detail lewat bacaan hari ini mengenai proses kehadiran Yohanes Pembabtis. Sebagai manusia yang lemah, Zakaria merasa ragu akan pesan yang disampaikan oleh malaikat, padahal yang disampaikan adalah wahyu Allah yang tidak pernah meleset.

Keraguan Zakaria terjadi ketika logika manusia dan kenyataannya tidak sebanding lurus sehingga muncul keraguan: “Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan istriku sudah lanjut umurnya.”.

Ironisnya alih-alih percaya, Iman Zakaria goyah dan tidak percaya akan firman yang dibawa oleh sang Malaikat. Keraguan ini timbul ketika Zakaria lebih mengandalkan logika manusia daripada kaca mata imannya.

Keraguan Zakaria, adalah keraguan kita manusia manusia modern saat ini. Kita sering kali ditantang situasi di mana logika kita lebih dominan sehingga mengaburkan iman kepercayaan kita kepada penyelenggaraan Ilahi.

Sering kali kita goyah dan ragu akan kebenaran yang telah didasarkan oleh Yesus sendiri, ragu akan ajaran para Bapa Gereja yang menyuarakan kebenaran, ah masak sih kita orang Katolik Menyembah patung? Ah apa benar di salib Yesus ada unclean spirit. Ah apa bener Yesus itu Tuhan? Masih banyak contoh keraguan yang berkecamuk di masyarakat saat ini yang bisa saja mewabah menghantui iman kita.

Ada hal menarik setelah Zakaria mengungkapkan keraguannya, seketika itu juga Zakaria menjadi bisu. Kebisuan yang dialami oleh Zakaria bukan sekadar sebuah hukuman atas ketidakpercayaan namun suatu peringatan bahwa indera manusia bisa salah sehingga diperlukan keheningan batin untuk membaca tanda iman.

Hal yang dapat dipelajari dalam bacaan hari ini adalah agar kita tidak mudah hanya mengandalkan indera serta logika manusia namun juga mengutamakan mata iman sehingga melihat segala sesuatu dari kaca mata iman, yang kedua bahwa keraguan tidak akan menyelamatkan sehingga ketika ketika kita dihadapkan situasi yang berat, jalan satu satunya adalah mengheningkan mulut kita, membisukan logika kita dan mendekatkan diri pada pernyataan iman. Pernyataan iman perlu diasah dengan cara selalu mendengarkan firman Allah, dekat kepada Allah lewat laku doa rutin dan mengasah kepekaan kita dengan selalu mendengarkan suara hati.

Suara hati yang terasa akan selalu mengarahkan langkah kaki kita menuju keselamatan. Tantangannya adalah dengan kondisi post truth di mana kebenaran dapat dikontruksi demi kepentingan segelintir orang, maka kita sebagai seorang seorang Katolik tidak perlu ragu akan dasar iman kita adalah benar sehingga dengan dasar iman tersebut sebagai patokan tolak ukur bertindak dan mengambil keputusan. Dengan selalu menghadirkan Yesus maka suara hati kita akan selalu terasah agar kita tidak ragu dalam bertindak.

Ya Yesus andalanku, Aku bersyukur karena Engkau sumber kehidupanku ajarlah aku tidak melulu memakai logikaku, pemahamanku untuk mengenal Engkau, bawalah aku, tenggelamkanlah aku kedalam hati-Mu yang maha luas agar aku semakin yakin bahwa hanya Engkaluah jalan, kebenaran dan kehidupanku sebab Engkaulah raja yang mulia dan kekal untuk selama lamanya demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin

Penulis: Rangga Nalendra. Pengisi: Rediningrum Setyarini

SANTA MAKRINA MUDA

Kisah Orang Kudus 18 Desember 2022: Santa Makrina Muda

Kaum kerabat Santa Makrina Muda yang hidup di Asia Kecil sangat masyhur, baik dipandang dari pihak ayahnya, maupun dari pihak ibunya. Hal itu bukanlah disebabkan oleh kekayaan mereka atau keunggulan duniawi lainnya melainkan oleh keutamaan hidupnya yang saleh.

Orang-tua ayahnya kehilangan segala-galanya sewaktu terjadi penganiayaan terhadap umat Kristen dan penghambatan agama, lalu terpaksa melarikan diri ke hutan dan tinggal di persembunyian itu selama tujuh tahun. Nenek dan ayah dari ibunya mati terbunuh sebagai martir.

Ayahnya, Basilius Tua, serta ibunya, Emilia, dihormati juga sebagai orang kudus. Kecuali itu dari antara sembilan adiknya, tiga orang menjadi sokoguru Gereja yang saleh dan kokoh imannya.

Makrina adalah anak sulung dari keluarga yang luar biasa itu. Sepeninggal tunangannya, Makrina memilih cara hidup murni. Ia membantu ibunya mendidik adik-adiknya.

Adiknya laki-laki yang pertama, Santo Basilius, menjadi orang kudus terkenal dengan gelar Basilius Agung dan Bapa para Rahib di Gereja Timur dan Bapa Gereja.

Adiknya yang kedua, Naukratius, memilih hidup sebagai seorang awam, Naukratius sangat dermawan terhadap orang-orang miskin. Adiknya yang lain, Santo Gregorius dari Nyssa, dihormati sebagai Bapa Gereja. Sedangkan adiknya, Santo Petrus Sebaste, menjadi Uskup di Sebaste dan dinyatakan kudus juga.

Ketika adik-adiknya semua telah dewasa, Makrina masuk biara yang didirikan oleh Santo Basilius Agung. Santa Makrina wafat pada tahun 379 dalam keadaan miskin papa. Riwayat hidupnya disusun oleh Santo Gregorius dari Nyssa. (*)

Penulis: Arief Setyawan. Pengisi: Dionisius Agus Puguh

NAMA


Renungan Tetes Embun, Minggu 18 Desember 2022

“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat : 1:21)

What’s in a name? That which we call a rose By any other name would smell as sweet? Penggalan yang melegenda dari sebuah drama Romeo and Juliet karangan William Shakespeare yang hendak mengatakan apalah arti sebuah nama? Pertanyaannya apakah betul nama itu tidak lah penting?

Nama merupakan unsur identitas yang diberikan oleh manusia untuk mengidentifikasi sesuatu. Semua hal memiliki nama untuk memudahkan mengenal dan mengetahui fungsi dan tujuan suatu hal.

Seperti kita memberikan nama untuk alas kaki kita sepatu, alat makan kita namakan sendok dan garpu hal tersebut untuk membedakan fungsi dan tujuan sesuatu.

Pemberian nama itu juga kita berikan kepada diri kita masing masing bukan sekadar untuk memberikan penanda atau pembeda namun jauh di luar fungsi nama, terdapat sebuah doa yang disisipkan oleh orang tua kita masing-masing, tak jarang kita menemukan ada yang harus melakukan ritual tertentu karena katanya nama yang disandang tidak membawa hoki, membawa berkat sehingga harus melakukan ritual mengganti nama.

Bahkan dalam penentuan nama juga berarti sebuah harapan bahwa kelak nantinya kita akan menyerupai orang-orang yang kita pakai untuk nama kita. Misalnya, dalam penentuan nama anak kita pakai nama tokoh tertentu atau pun penentuan nama baptis dengan nama santo santa.

Begitu pentingnya nama sampai dalam menentukan nama perlu berkonsultasi, agar kelak sang pembawa nama tersebut akan diberkati dan selamat. Sehingga untuk kehidupan nyata penggalan kalimat dari drama Romeo and Juliet tidak relevan bahwa nama tidak memiliki sebuah arti.

Hal yang sama terjadi dalam proses kelahiran Yesus. Santo Yusup digambarkan mendapatkan wahyu dari Malaikat Tuhan dengan memberikan penjelasan kepada Santo Yusup tentang sebab-sebab kehamilan Maria.

Penjelasan malaikat ini bukan hanya menjadi keterangan bagi Santo Yusup, tetapi juga menjadi keterangan bagi kita semua tentang siapakah Anak yang akan lahir ini.Hal yang menarik adalah dari keterangan dan wahyu yang diberikan oleh malaikat tersebut, Santo Yusup diminta untuk menamai anaknya Yesus.

Yesus adalah padanan Yunani untuk kata Ibrani ‘Yeshua’ (Yosua) yang artinya “Tuhan menyelamatkan”. Nama ini melukiskan tugas Yesus pada masa yang akan datang. Yesus sebagai Juru selamat “akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”.

Dosa merupakan musuh terbesar umat manusia karena merusak jiwa dan kehidupan kita. Melalui kematian Yesus yang mendamaikan dan kuasa Roh Kudus yang menguduskan, mereka yang berbalik kepada Yesus akan dibebaskan dari kesalahan dan perbudakan kepada dosa.

Pemberian nama ini merupakan penggenapan dari nubuat nabi Yesaya yang menubuatkan kehadiran Yesus. pemberian nama Emmanuel setara dengan nama Yesus yang berarti Allah hendak menyertai dan menyelamatkan manusia sepanjang zaman.

Sehingga dengan nama Yesus terdapat kuasa keselamatan serta kuasa penebusan dosa sehingga tidak ada nama di dalam sejarah umat manusia yang memiliki kuasa sebesar kuasa Yesus. Dengan menyebut nama Yesus, kita diajak untuk merenungkan kedatangan-Nya ke dalam dunia yakni untuk memberikan pemulihan yang sejati.

Dengan kita menyebut nama Yesus berarti kita bersedia diselamatkan dalam nama-Nya, diperbaharui di dalam nama-Nya. Konsekuensinya, kita diajak merendahkan diri untuk bersedia diselamatkan. Tidak ada jalan lain kita dapat dipulihkan sebagai umat Tuhan kecuali melalui nama Yesus Kristus.

Maka sikap kita sepantasnya adalah memberi diri diselamatkan dalam nama-Nya dengan membuka diri kepada kehendak Allah, memantaskan diri dengan laku kebaikan dan dengan rendah hati menerima-Nya sehingga bukan hanya dengan mulut namun sepenuh hati kita mengakui hanya di dalam nama Yesus kita diselamatkan.

Ya Yesus andalanku, Aku bersyukur karena Engkau menjadi Juru Selamatku. Ajarlah lidah, hati pikiran dan logikaku untuk selalu mengakui hanya di dalam nama Yesus adalah keselamatanku jadikanlah aku selalu milik-Mu sebab Engkaulah raja yang mulia dan kekal untuk selama lamanya demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin

Penulis dan Pengisi: Rangga Nalendra

SANTO LAZARUS


Kisah Orang Kudus 17 Desember 2022: Santo Lazarus

Lazarus dari Betania, juga dikenal sebagai Santo Lazarus. Dia adalah seseorang yang dibangkitkan oleh Yesus setelah empat hari kematiannya.

Kisah mengenai mujizat ini tercatat dalam kitab Perjanjian Baru yaitu Injil Yohanes. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Lazarus adalah saudara kedua perempuan itu. Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya.

Ketika Lazarus sakit, Maria dan Marta mengirim kabar kepada Yesus. Ketika Yesus mendengar kabar itu, Yesus mengatakan bahwa oleh karena penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan. Ketika Yesus dan para murid tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.

Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus : “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.”

Yesus menjawab : “Akulah kebangkitan dan hidup, barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini? Marta berkata bahwa ia percaya Yesus adalah Mesias.

Sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan mengatakan bahwa Yesus ada di sana. Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.

Mereka menunjukkan di mana Lazarus dikuburkan. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Lalu Yesus meminta agar tutup batu kubur itu diangkat. Maka mereka mengangkat batu itu.

Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata : “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

Sesudah berkata demikian, berserulah Yesus dengan suara keras : “Lazarus, marilah ke luar!” Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”

Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Dari peristiwa itu kita mengenal terjadinya mukjizat Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian. (*)

Penulis: Arief Setyawan | Pengisi: Dionisius Agus Puguh

KETURUNAN

Renungan Tetes Embun, Sabtu 17 Desember 2022

Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus (Mat 1:16)

Di dalam adat suku Jawa, untuk mencari pasangan hidup memerlukan beberapa kriteria selain bebet, bobot tetapi juga bibit. Bibit berarti mempertimbangkan sang calon berdasarkan garis keturunan.

Makna dari bibit adalah asal usul atau garis keturunan. Bukan berarti bahwa seorang calon menantu harus berdarah biru. Tetapi bermakna bahwa orang tersebut harus jelas latar belakangnya. Dari mana ia berasal, dengan cara apa dan oleh siapa ia dididik, bagaimana situasi lingkungan keluarganya bahkan harus tahu riwayat keluarga sang calon.

Begitu pentingnya bibit ini karena akan berpengaruh kepada watak atau karakter yang berpotensi diturunkan dalam keluarga. Sehingga watak seorang calon menantu dapat dilihat secara kurang lebih dari watak orang tua yang membesarkan.

Dengan kata lain sang calon harus jelas secara silsilah sehingga dengan riwayat silsilah keturunannya bisa dipertimbangkan sang calon menantu itu baik atau tidak.

Di beberapa kesempatan, ternyata silsilah juga memengaruhi penghormatan kita kepada sesama kita, misalnya kita cenderung akan memberikan penghormatan lebih dari orang yang berasal dari keturunan raja, keturunan presiden atau keturunan dari orang penting lainnya.

Mereka yang berasal dari keturunan orang yang penting di dalam masyarakat akan mendapat perlakuan yang berbeda dengan orang yang berasal dari keturunan rakyat biasa. Sehingga keturunan dalam hidup bermasyarakat masih dipandang sangat penting.

Injil pada hari ini begitu indah mau menyatakan bahwa Allah turut serta dalam sejarah manusia, bukan saja mengambil rupa seorang hamba yakni manusia ciptaan-Nya, namun juga ikut dalam garis keturunan manusia.

Nama dan sejarah menjadi pokok penting dalam karya Allah, dan mengandung makna yang mendalam bagi umat Yahudi. Abraham adalah leluhur termasyhur yang menerima Perjanjian Rahmat.

Daud, meskipun memiliki catatan negatif, dianggap sebagai raja ideal, dan melalui garis keturunannya akan lahirlah harapan Israel dalam diri Mesias, Sang Pembebas.

Adapun pembuangan ke Babel adalah pengalaman mahapahit, namun sekaligus menjadi penanda dan juga realitas pembaharuan hidup yang hadir melalui air mata dan pertobatan. Jadi, ada karya Allah bagi hidup umat melalui perjanjian rahmat, pengharapan, dan pembaharuan hidup.

Semua ini terpola dan terarah kepada Kristus dalam rangkaian sejarah keselamatan. Silsilah yang diceritakan dalam Injil hari ini hendak menegaskan karya keselamatan bagi semua orang, dari silsilah Yesus terdapat kisah Rut yakni perempuan dari bangsa asing. Tamar dan istri Uria (Betsyeba) memiliki masa lalu yang kelam. Serta kisah Maria. Inilah istimewanya karya Tuhan. Karya Allah dalam sejarah menggunakan dan mengatasi kelemahan manusia.

Pesan Injil Matius hari ini bukan sekadar berbicara mengenai silsilah namun memberikan pesan yang memberikan kelegaan yakni Allah tidak memandang diri kita siapa, tidak pula melihat dari keturunan bangsa apa bahkan tidak juga membedakan antara kita berdosa atau tidak namun kedatangan Yesus datang untuk semua orang.

Misi-Nya adalah keselamatan semua bangsa, bukan hanya keturunan Israel. Terlebih dari itu bahwa keselamatan-Nya melampaui perbedaan. Ia datang tidak saja untuk orang-orang benar, tetapi juga untuk orang-orang berdosa.

Keselamatan Yesus itu sesungguhnya meliputi semua melampaui generasi, suku bahkan kedosaan kita umat manusia. Pertanyaan untuk kita renungkan adalah apakah kita sudah mempersiapkan hati kita menyambut datangnya sang penebus Yesus Kristus?

Ya Yesus andalanku, Aku bersyukur karena Engkau mau bertindak dalam sejarah hidupku. Hantarkan hatiku jauh ke dalam hatimu, tenggelam-kan aku di dasar samudra kasih-Mu sehingga hamba-Mu ini dimampukan dan dipantaskan menyambut-Mu. Sebab Engkaulah raja yang mulia dan kekal untuk selama lamanya demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin

Penulis dan Pengisi: Rangga Nalendra