TAK ADA YANG MUSTAHIL, BAGI ORANG YANG PERCAYA

Renungan Tetes Embun: Jumat, 2 Desember 2022

“Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya”. (Matius 9:28)

Bacaan Injil ini menceritakan dua orang buta yang meminta pertolongan kepada Tuhan. Pada ayat 28 tertulis “Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya”.

Dua orang buta tersebut menyerahkan segala penyakitnya kepada Tuhan. Mereka berdua sangat yakin dan percaya bahwa Tuhan dapat menyembuhkan mereka, walaupun sebelumnya mereka tidak pernah bertemu dengan Tuhan Yesus. Namun, mereka berdua dengan mudahnya percaya kepada Tuhan. Mereka yakin bahwa Tuhan bisa menyembuhkan penyakit yang sedang mereka derita.

Bahkan setelah Tuhan menjamah mata kedua orang buta tersebut, mereka pergi mewartakan keselamatan yang telah mereka alami kepada banyak orang.

Seperti tertulis di ayat 31: “Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu”, agar umat lain tahu bahwa Tuhanlah yang menciptakan mukjizat asalkan kita percaya kepada-Nya.

Dari sini kita mengetahui bahwa apabila kita percaya kepada Tuhan, maka segala sesuatu yang awalnya terasa tidak mungkin, bahkan mustahil, akan menjadi sesuatu yang mungkin di hadapan Tuhan, asalkan kita “percaya” kepadaNya.

Maka kita semua sebagai umat Allah diharapkan menyerahkan segala hidup kita dan mempercayakan semuanya kepada Tuhan, karena Dia-lah yang empunya kerajaan surga.

Marilah kita menjadi insan yang percaya dan yakin akan kuasa Tuhan. Sebab segala sesuatu di muka bumi ini akan terjadi seturut kehendak-Nya saja.

“Percaya” memang hal yang tidak selalu mudah untuk kita lakukan, terutama ketika kita dihadapkan pada fakta atau realita yang menurut kita serba tidak mungkin.

Namun tidak demikian bagi Tuhan. Sebab segala sesuatu selalu mungkin baginya. Kuncinya adalah “percaya” dan biarlah Tuhan yang berkarya di dalam hidup kita.

Ya Tuhan, kuatkan Iman dalam diri kami, agar selalu percaya akan kuasa-Mu, teguhkanlah Iman kami selalu agar dapat selalu sesuai ajaran mu dan percaya akan segala sesuatu yang terjadi. Amin.

Penulis: Stefanie Nohos
Pengisi: Dionisius Agus Puguh

BEATO DIONISIUS DAN BEATO REDEMPTUS


Kisah Orang Kudus 1 Desember 2022: Beato Dionisius dan Beato Redemptus

Beato Dionisius dan Redemptus.

Dionisius lahir di kota Honfleur, Prancis pada tanggal 12 Desember 1600. Ayah dan Ibu adalah bangsawan Prancis yang harum namanya. Semua adiknya menjadi pelaut seperti ayahnya.

Dionisius bekerja pada angkatan laut Portugis di Goa, India. Namun, ia senantiasa tidak puas dengan pekerjaannya itu. Ada keresahan yang senantiasa mengusik hatinya. Ia selalu merenungkan dan mencari arti hidup yang lebih mendalam.

Dionisius berusia 35 tahun ketika diterima di biara Karmel. Di biara Karmel itulah, ia bertemu dengan Redemptus a Cruce, seorang bruder yang bertugas sebagai penjaga pintu biara dan koster, penerima tamu dan pengajar anak-anak.

Pernah ke Aceh

Redemptus lahir di Paredes, Portugal pada tahun 1598 dari sebuah keluarga tani yang miskin namun saleh dan taat agama. Suatu ketika Raja Muda di Goa bermaksud mengirim utusan ke Aceh, Indonesia, yang baru saja berganti sultan. Dionisius diutus membantu misi ke Aceh sebagai almosenir, juru bahasa dan pandu laut.

Pastor tentara Dionisius bersama rombongannya berangkat ke Aceh pada tanggal 25 September 1638 dengan tiga buah kapal. Mereka berlabuh di Ole-Ole atau kini Kotaraja dan disambut dengan ramah. Tetapi Belanda telah menghasut dan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang untuk meng-katolik-kan Aceh.

Mereka semua segera ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Akhirnya di pesisir pantai tentara sultan mengumumkan bahwa mereka dihukum bukan karena berkebangsaan Portugis melainkan beriman KatoIik.

Sepeninggal teman-temannya, Pater Dionisius masih bersaksi tentang Kristus dengan penuh semangat. Kotbahnya itu justru semakin menambah kebencian rakyat Aceh terhadapnya. Dengan sekuat tenaga mereka menghunuskan kelewang dan tombak akan tetapi seolah-olah ada kekuatan yang menahan, sehingga tidak ada yang berani.

Dionisus berdoa kepada Tuhan agar niatnya menjadi martir dikabulkan. Dan permintaan itu akhirnya dikabulkan Tuhan. Kemartiran Dionisius dengan kawan-kawannya disahkan Tuhan: mayat mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang – ke laut dan tengah hutan – senantiasa kembali lagi ke tempat ia dibunuh.

Akhirnya jenazahnya dengan hormat dimakamkan di Pulau Dien atau pulau buangan. Kemudian dipindahkan ke Goa, India. Martir-martir itu dibunuh pada tanggal 29 Nopember 1638. Bersama Redemptus, Dionisius digelarkan ‘beato’ pada tahun 1900. (*)

Penulis Naskah : Arief Setyawan

Pengisi: Lik Sastro

#kisahorangkudus #santosanta #dionisius #redemptus