MENJADI PATRON SEPERTI YOHANES

Renungan Tetes Embun: Selasa, 2 Januari 2024

“Yohanes menjawab mereka, katanya: “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.” [Yohanes 1:19-28]

Sobat Katolikana,

ketika saya diberi kepercayaan untuk mengelola dana kegiatan di sebuah LSM yang didukung penuh oleh donatur dari luar negeri; dalam beberapa kesempatan saya mendapat lemparan pertanyaan demikian, “Lho, kok sisa dananya dikembalikan? Bukankah kemarin minta dana sejumlah angka yang ada di proposal?”.

Bagi Anda yang pekerjaannya berhubungan dengan laporan keuangan; entah itu sebagai pimpinan, sekretaris, atau bendahara di suatu lembaga, di sekolah, di LSM, atau di organisasi lainnya; tentu pertanyaan di atas akan terdengar klise sekali, bukan?!

Rentetan pertanyaan yang jika dihubungkan dengan ‘budaya korupsi’ yang menjamur di mana-mana, sebenarnya tak perlu dicarikan jawabannya! Karena sebagian orang di zaman ini ‘memegang prinsip’ bahwa laporan keuangan sah-sah saja jika direkayasa, demi memperkaya diri sendiri, keluarga, dan kelompoknya.

Saya pribadi kurang setuju dengan prinsip ‘menghalalkan segala cara’ seperti itu. Sebab bagi saya, kejujuran itu menyangkut harga diri kita masing-masing. Dengan segala keterbatasan yang saya miliki, saya senantiasa berusaha menghidupi kutipan Injil berikut ini, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Luk. 16:10)

Sobat Katolikana,

bacaan Injil hari ini menceritakan tentang kejujuran Yohanes Pembaptis – ketika orang-orang menanyakan tentang ‘identitas dirinya’. Dengan jujur dan lantang, Yohanes berkata bahwa dirinya bukanlah Mesias! Lalu kepada orang-orang, Yohanes menjelaskan tentang dirinya demikian, “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.”

Kejujuran seperti yang dicontohnya oleh Yohanes Pembaptis adalah teladan yang seharusnya menjadi patron bagi umat Katolik – untuk menjadi saksi-saksi-Nya yang hidup. Menjadi ‘patron’ berarti menjadi pola atau suri teladan bagi sesama. Dan sudah barang tentu yang dimaksudkan di sini adalah menjadi pola atau suri teladan yang baik; dan bukan malah sebaliknya.

Sobat Katolikana,

dalam carut-marut kehidupan dunia dewasa ini, di tengah realita yang harus kita hadapi sehari-hari; ada begitu banyak godaan yang harus kita terima dan harus kita hadapi dalam waktu bersamaan.

Godaan-godaan itu acapkali merangkul pundak kita; untuk berbuat menyimpang, salah, jahat, bahkan kotor! Godaan-godaan yang tampaknya manis di muka, namun sesungguhnya mengandung kebusukan di punggungnya. Godaan-godaan yang jika kita renung-renungkan kembali, sebenarnya hendak mengarahkan kita untuk semakin menjauh dari kasih Allah sendiri.

Mari kita buka hati kita masing-masing untuk menyambut cahaya yang berasal dari Yesus Kristus ‘Sang Terang Dunia’; yang kelahirannya baru kita rayakan pada Hari Raya Natal.

Marilah menjadi pribadi-pribadi yang imannya senantiasa berkobar dan bercahaya (ardere et lucere). Sehingga dengan lantang kita dapat berseru kepada Tuhan, “Ini aku, utuslah aku!” (bdk. Yes 6:8)

Marilah Berdoa .

Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.

Tuhan, kami mengucap syukur yang berlimpah atas anugerah-Mu yang senantiasa tercurah dalam hidup kami. Melalui teladan Yohanes Pembaptis, kami belajar tentang makna kejujuran yang sejati. Melalui teladannya pula, kami diajak untuk menjadi pribadi-pribadi yang rendah hati dan solider dengan sesama. Mampukan kami ya Tuhan, untuk menjadi saksi-saksi-Mu yang hidup, sekaligus menjadi pribadi-pribadi yang setia berjalan di atas jalan-Mu. Semua ini kami mohon dengan perantaraan Putra-Mu yang terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus. Yang bertakhta bersama Dikau dan Roh Kudus. Allah sepanjang segala masa. Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.

Penulis: Dionisius Agus Puguh Santosa

Pengisi: Rediningrum Setyarini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *