Renungan Tetes Embun: Rabu, 3 Januari 2024
“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah.” (Yohanes 3:1a)
Sobat Katolikana, ada kisah yang ditulis dalam Facebook dengan nama akun Ayie Ahbotz yang memberi suatu refleksi dia sebagai anak mengagumi ayahnya, yang mencoba berupaya mengandalkan berbagai cara positif untuk menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Menurutnya, sang ayah selalu memberikan dukungan terhadap dia terutama tentang pendidikan. Meskipun berada dalam keadaan ekonomi yang terbatas , dia mencoba memberikan keteladanan akan ketenangan batin dan pikiran dalam menghadapinya.
Tatkala ayah Ayie pernah menuai kesuksesan dalam pekerjaan, dia masih mempunyai cara dan tindakan berbuah kebaikan yang dia lakukan, yakni memungut barang bekas di lingkungan tempat tinggal mereka secara rutin, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan sosial agar tetap terjaga kebersihan dan keasriannya. Dan tentunya Ayie juga tidak segan membantu sang ayah, mendorong sebuah gerobak. Sehingga dengan segala yang diajarkan secara kasat mata, Ayie mengatakan dengan jujur tentang dia: “Cara dia mengatasi kehidupan telah mengajari saya bahwa tidak peduli seberapa sulitnya, aku harus terus maju. Tidak peduli seberapa kecil gajimu dan seberapa keras pekerjaanmu, selama itu benar, kamu hanya perlu menyelesaikannya dengan tuntas” .
Bisa jadi sekelumit kisah tentang karakter yang dimainkan oleh sang ayah di atas menganimasikan kepada diriku untuk menjadi makhluk ciptaan Allah yang tahu diri akan keberadaan dan peranan, yaitu bagaimana aku terus bergulat dalam hidup keseharian ini dengan tetap sebagai status anak Allah. Suatu status yang sebenarnya sudah diberikan sebagai hak istimewa yang dianugerahkan olehNya kepadaku secara cuma-cuma, yang terkadang aku sadari tapi sering juga aku lalaikan.
Sobat Katolikana, pesan sabda Tuhan hari ini jelas mengingatkan kita agar hendaknya sadar saat sekarang sebagai anak-anak Allah, bukanlah besok atau nanti ketika kita sudah selesai dalam alam fana ini. Ini sungguh penting dan mendesak , kita harus pikirkan dan eksekusi, bahwa bagaimana kita berperan sebagai anak-anak Allah. Cara yang harus kita tempuh tentunya adalah mengandalkan iman dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan, Anak Allah, dan Sang Mesias. Dan ini kita harus belajar, belajar dan belajar, ini bukan sesuatu yang dijanjikan untuk terjadi di masa depan, melainkan sebuah realitas yang terjadi sekarang tanpa perlu khayalan ataupun pepesan kosong
Maka marilah kita untuk bergandengan tangan iman untuk memperkuat spirit menggunakan hak istimewa terbesar dari keselamatan yang diberikan Tuhan , yakni menjadi anak-anak Allah sebagai dasar disiplin diri untuk Sang Bapa, yang sudah tidak perlu ditunda kapanpun, sekarang juga kita bangkit dan lari bersama iman yang tangguh, memaknai setiap tanda dalam keseharian, untuk menuntun kita sungguh-sungguh berserah kepada kasih-Nya, dan hidup dalam kebenaran-Nya.
Marilah Berdoa .
Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.
Tuhan yang Maha Rahim dan panjang sabar, berikan kekuatan kepada kami agar semakin cerdas iman untuk menjadi anak-anak-Mu , dengan menata hati, pikiran, perkataan dan perbuatan tertuju pada buah-buah kekudusan, dengan senantiasa memuliakan dalam kebesaran nama-Mu. Amin
Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.
Penulis: Michael Indra W.
Pengisi: Angelina Santy