MENUNTUN KEPADA SANG CAHAYA

Renungan Tetes Embun: Jumat, 5 Januari 2024

“Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” (Yohanes 1 : 48)

Sobat Katolikana, sebagai seorang guru, saya selalu berusaha memahami karakteristik setiap siswa yang saya ajar di kelas. Dan setiap siswa adalah pribadi yang unik dengan ciri khasnya masing-masing. Bahkan untuk siswa tertentu, saya harus melakukan usaha ekstra, agar pencapaian hasil belajarnya tidak jauh tertinggal dari teman-teman sekelasnya.

Saat awal-awal memilih profesi sebagai seorang pendidik, saya seolah-olah dihadapkan pada ‘seribu satu masalah’ yang menghadang di depan mata. Ada rasa khawatir, takut, pesimis, dan seribu satu perasaan negatif lainnya yang selalu terbayang di pelupuk mata.

Pernah terbersit untuk mundur dari profesi yang diberi julukan ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ ini. Manakala keinginan untuk mundur itu makin bergelora di hati; pada waktu bersamaan, ada perasaan ‘damai dan sukacita’ yang hadir memenuhi benak saya. Ketika itu saya teringat akan sabda Tuhan Yesus, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat.28:20)

Sobat Katolikana, di zaman sekarang ini, setiap orang dapat berperan sebagai ‘guru’ bagi sesamanya. Menjadi guru di sini tidak selalu dikaitkan dengan lembaga yang bernama sekolah atau universitas. Namun kita dapat berperan sebagai guru dalam ‘sekolah kehidupan’ ini.

Jika kita tengok lebih dalam, kata ‘guru’ dalam bahasa Sansekerta berasal dari gabungan dua kata, yaitu ‘Gu’ yang bermakna tuntunan menuju dan ‘Ru’ yang memiliki arti cahaya

Gabungan dari kedua kata tersebut menciptakan makna istimewa terhadap istilah ‘guru’ yang kemudian dimaknai sebagai orang yang memberikan tuntunan kepada sesamanya menuju cahaya.

Secara harfiah, ‘cahaya’ yang dimaksud di sini bisa bermakna ilmu pengetahuan; namun jika dipahami secara rohani berarti menuntun orang lain untuk mengalami kasih Tuhan.

Dan sebagai umat Katolik yang telah menerima sakramen baptis, kita semua diutus untuk menjadi murid-murid yang mewartakan kasih-Nya kepada setiap orang yang kita jumpai.

Jika di kelas, seorang guru mungkin pernah merasakan suatu kegagalan dalam proses mendidik siswa-siswinya; maka ‘situasi serupa tapi tak sama’ pun tentu pernah kita alami ketika menjadi pewarta kasih-Nya. Perasaan dikecewakan, ditolak, dimaki, dicerca, dan dihina barangkali sudah menjadi pengalaman yang biasa, bukan?!

Mari kita kembalikan semuanya kepada Tuhan, dengan keyakinan berkobar-kobar bahwa ucapan Tuhan Yesus, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” akan berlaku sampai kapan pun juga

Sebagai Sang Guru Sejati, Yesus sangat mengenal Anda dan saya sebagai murid-murid-Nya. Dan ketika kita mendapat kesempatan untuk menjadi ‘guru’ bagi sesama kita, maka tugas kita sudah jelas dan pasti, yaitu menuntun mereka kepada Sang Cahaya. Apakah Anda dan saya sudah siap???

Marilah Berdoa .

Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.

Tuhan, kami merasa bersyukur karena boleh menjadi murid-murid-Mu. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, Engkau tetap bersabar dan setia mendampingi pertumbuhan iman kami masing-masing. Dan ketika kami mendapat kesempatan untuk menjadi ‘guru’ bagi sesama kami – yang rindu melihat kasih-Mu; beranikan kami untuk menjadi saksi-saksi-Mu yang hidup. Dengan membuka hati kami lebar-lebar, untuk menerima sabda-Mu dalam hidup dan karya kami. Semua ini kami mohon dengan perantaraan Putra-Mu yang terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus. Yang bertakhta bersama Dikau dan Roh Kudus. Allah sepanjang segala masa. Amin.

Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Amin.

Dionisius Agus Puguh Santosa – Vincentia Rukmiati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *