Renungan Tetes Embun: Minggu, 1 Januari 2023
“Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.” (Lukas 2: 17-19)
Bacaan Injil hari ini mengajak kita semua untuk kembali merenungkan kisah kelahiran Yesus di Betlehem. Dalam kisah tersebut, kita dapat menyaksikan bagaimana peran Bunda Maria di dalamnya – dalam menanggapi dan menerima dengan penuh sukacita, rencana Tuhan atas dirinya.
Konsili Efesus tahun 431 menetapkan dogma Maria Bunda Allah. Seribu lima ratus tahun kemudian, Paus Pius XI menetapkan Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah. Pada awalnya liturgi ini diperingati setiap tanggal 11 Oktober, namun dalam pembaharuan liturgi 1970, peringatan ini dipindahkan ke tanggal 1 Januari.
Gelar “Bunda Allah” menguatkan misteri inkarnasi: Yesus adalah Sabda yang pada awal mulanya bersama Allah, kini menjadi daging dan tinggal di antara kita. Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia.
Melalui perayaan Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah setiap tanggal 1 Januari, maka seluruh tahun yang akan kita lalui kita letakkan di bawah doa perlindungan yang penuh kuasa dari Bunda Maria yang melahirkan Putera Allah.
Gereja Katolik juga merayakan tanggal 1 Januari sebagai Hari Perdamaian Sedunia yang mulai dirayakan sejak tahun 1968 pada masa kepemimpinan Paus Paulus VI. Melalui perayaan ini, Gereja dibantu oleh Bunda-Nya memohon kepada Allah untuk mengaruniakan damai yang sejati kepada seluruh dunia.
Mari meneladani Bunda Maria, dengan jalan menjadi duta perdamaian di mana pun kita berada dan tinggal. Tentu untuk menjadi duta damai ini diperlukan niat, tekad, dan semangat untuk sungguh-sungguh menjalankan dan mewujudkannya.
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah berdamai dengan diri sendiri. Setelah kita mampu menjadi seorang pribadi yang diliputi kedamaian hati, maka tugas selanjutnya akan terasa lebih mudah untuk kita tempuh, yaitu menjadi duta-duta perdamaian bagi sesama; seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria.
Ya Tuhan, bantulah kami pribadi lepas pribadi, agar kami selalu dimampukan untuk menimba kedamaian sejati yang bersumber daripada-Mu. Kami sadar bahwa sebagai seorang manusia, kami diliputi keterbatasan dalam banyak hal. Mampukan kami yang Tuhan, untuk menjadi utusan-Mu: sebagai “duta-duta damai” bagi sesama kami. Semua kami mohon demi kemuliaan nama-Mu; kini, dan sepanjang segala masa. Amin.
Penulis: Dionisius Agus Puguh
Pengisi: Benedictus Isworohadi