Renungan Tetes Embun: Senin, 13 Maret 2023.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.” (Luk. 4:24)
Kita mungkin sudah cukup sering mendengar atau membaca kisah Naaman yang ditahirkan dari sakit kusta … tapi … coba hitung dalam hati masih seberapa sering kita meragukan peran dan karya Tuhan melalui sesama di sekitar kita seperti Naaman serta orang-orang Israel? Kita meragukan peran dan karya Penyelenggaraan Ilahi melalui sesama di sekitar kita, semata karena mengenal sosok atau figur tersebut dan sudah memberikan skala penilaian tertentu atas kualitasnya sesuai kaca mata kita.
Buat yang masih studi, maukah kerja kelompok atau studi kasus dengan teman yang kemampuan akademis lebih rendah? Buat yang sudah kerja, jika dalam diskusi membahas sesuatu, apakah memberi kesempatan dan bisa menerima sumbang pandangan atau saran dari yang posisinya lebih rendah?
Dalam pertemanan … nah ini sich yang paling kelihatan … umumnya pasti mencari yang selevel dari berbagai aspek … Jadi jika di sekitar ada yang menurut kita nggak seimbang dari berbagai aspek maka apa pun yang disampaikan semaksimal mungkin akan ditolak mentah-mentah … bahkan kadang dijadikan bahan membully … coba dech jujur kepada diri sendiri … karena melakukan hal seperti itu kerap banget di luar kesadaran … apa lagi ingat … bagaimana kalau aku atau kita yang berada di posisinya … ukur baju badan sendiri … terbayang bagaimana rasanya?
Ini Prapaskah, mari lebih rendah hati dan mau membuka diri untuk melihat dan menerima Tuhan yang hadir dalam diri setiap sesama … STOP merendahkan sesama ciptaan karena kita adalah sama-sama makhluk ciptaan.
Tuhan, sadarkan kami selalu akan kehadiran-Mu dalam setiap pribadi agar kami selalu ingat untuk saling menghargai. Demi Tuhan yang hidup kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Penulis Renungan: Clara C. Maria Imm. Wara Wulandaru
Pengisi Renungan: Benedictus Isworohadi