Renungan Tetes Embun: Sabtu, 25 Maret 2023.
“Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (Luk. 1:34)
Sebagai makhluk yang dibekali dengan kemampuan berpikir, kecerdasan logika adalah salah satu kemampuan yang diunggulkan. Bahkan saat ini, para ahli mulai mengembangkan kecerdasan buatan yang dinamakan Artificial Intelligence atau AI.
Kecerdasan buatan ini menempati posisi penting untuk mempermudah kehidupan manusia. Tidak hanya berfungsi untuk melakukan tugas rutin, AI telah mampu memberikan respon sesuai stimulus yang diterima, bahkan mampu mengembangkan sendiri kemampuan bawaannya.
Kehadiran AI berdampak pada pekerjaan manusia yang menjadi lebih mudah dan cepat serta meminimalisir human error. Selain itu AI tidak mengenal lelah atau sakit, mereka juga tidak akan protes soal gaji. Suatu AI tidak akan terganggu walau sesama sistem mengalami kerusakan. Ia bahkan terus beroperasi sesuai misinya, walau mungkin bertentangan dengan kemanusiaan.
Faktor emosional adalah pembeda antara Artificial Intelligence dengan manusia. Kalau saat ini kita memandang para ahli pencipta AI sangatlah hebat, coba pikirkan kembali mengenai Tuhan yang menciptakan para ahli dengan kemampuan itu. Tuhan menciptakan manusia tidak hanya dengan kemampuan logika.
Tuhan juga membekali kita dengan perasaan, yang membuat kita menjadi makhluk yang berakal budi.
Ada banyak hal diluar logika yang Tuhan perbuat, namun mampu dipahami manusia melalui perasaan. Seperti bagaimana Tuhan menanamkan benih kehidupan dalam rahim seorang wanita tanpa persetubuhan.
Sebagaimana Maria, kita pun secara logika tidak bisa menemukan jawabannya. Namun jika menimbang dengan akal budi, lebih dari sekedar caranya yang masih menjadi misteri, kita bisa memahami bahwa karena begitu besar kasih Bapa kepada manusia, sehingga ia mengutus puteraNya yang tunggal. Meskipun Dia tahu, Putera tunggalNya akan mengalami banyak penderitaan.
Ya Bapa, sebagai ciptaan yang penuh dengan keterbatasan, kami terus berusaha untuk memahami Engkau sebagai pencipta kami. Ajari kami untuk tidak hanya mengandalkan logika, namun menggunakan akal budi secara utuh dan bijaksana. Amin.
Penulis Renungan: Hedwigis Belto Rosyandari
Pengisi Renungan: Aloysius Rangga Aditya Nalendra