Renungan Tetes Embun: Rabu, 5 April 2023.
“Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (Mat. 26:24)
Nabi Yesaya mengingatkan bahwa pada hakekatnya setiap kita dikaruniai tugas perutusan serta rakhmat kesetiaan dengan kepastian bahwa hanya Tuhan sendirilah yang senantiasa setia menguatkan dan menolong kita. Kasih setia Tuhan tiada ternilai, terbatas, dan terbandingkan dengan apa pun … ibarat pepatah “kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah”. Namun sadarkah kita betapa kita sebagai makhluk ciptaan yang paling menyerupai citra-Nya justru kerap menggadaikan kasih setia Tuhan demi hal duniawi sesaat?
Di awal Injil Matius jelas sekali dikisahkan bagaimana harta duniawi begitu menyilaukan dan membuat kasih setia persaudaraan tergadai … walau kisah tersebut akan berakhir dengan kematian tragis sang pengkhianat sebagaimana sudah disabdakan oleh Yesus dalam kutipan Injil hari ini. Dalam dunia karya, pendidikan, dan pertemanan di era sekarang ini … sadar atau tidak … sengaja atau tidak … nilai-nilai kesetiaan memang sudah semakin langka pengkhianatan halus menjadi hal yang sangat lumrah … ah masak sich?
Sadarkah bahwa saat kita … membicarakan keburukan seseorang dan bukan mengingatkannya secara baik … menempuh berbagai cara untuk mendapatkan hasil atau nilai terbaik … mengakui hasil kerja orang lain sebagai hasil kerja kita … melimpahkan kesalahan sepenuhnya kepada orang lain … menegur dengan kasar atas suatu kelalaian atau keterlambatan tanpa mencari tahu apakah ada permasalahan … itulah bentuk-bentuk pengkhianatan atas kasih setia berelasi. Untuk beberapa contoh pengkhianatan di atas, semoga dalam hati kita mampu, berani, dan yakin berucap, “Bukan aku, ya Tuhan?”
Tuhan, ajarlah kami untuk semakin bijak dan hati-hati dalam segala setiap pikir, laku, sikap, dan ucap sehingga kami sungguh dapat menjaga kasih setia-Mu dalam kehidupan bersama sesama. Demi Tuhan yang hidup kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Penulis Renungan: Clara C. Maria Imm. Wara Wulandaru
Pengisi Renungan: Hedwigis Belto Rosyandari