Renungan Tetes Embun: Senin, 10 April 2023.
“Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.” (Mat. 28:12-13)
Hampir semua aktivitas akan menjadi lebih mudah dengan adanya uang. Banyak yang mengakui bahwa uang dapat membeli segalanya. Uang memegang peranan penting dalam kehidupan sehingga wajar jika manusia selalu khawatir soal uang.
Pada umumnya, semua orang harus bekerja untuk memperoleh uang. Tidak ada batasan untuk merasa cukup. Rasa tidak puas yang menguasai, memacunya untuk terus menimbun uang, menjadi serakah.
Keserakahan menutup kejujuran. Membutakan. Bahkan, dapat mengabaikan martabat manusia hingga menghilangkan nyawanya. Seperti kasus seorang jenderal yang viral pertengahan tahun lalu. Uang sang jenderal berlimpah. Dengan mudah dia memberi imbalan pada sekelompok orang kepercayaannya untuk membunuh anak buahnya. Setelah itu, dia berusaha menutup aksi kejahatannya dengan skenario palsu.
Sang jenderal membayar semua orang yang terlibat pada peristiwa tersebut untuk menyebarkan berita bohong. Jalan cerita yang menyimpang dari fakta. Realitas yang sudah ada sejak zaman Yesus hidup. Menurut kesaksian Matius, serdadu-serdadu yang menjaga kubur Yesus menerima uang untuk menyimpangkan kenyataan. Mereka diminta untuk menyebarkan berita bohong tentang jasad Yesus yang dicuri murid-murid-Nya. Kesaksian yang mengingatkan bahwa cinta pada uang adalah akar kejahatan.
Setiap manusia yang berakal budi perlu mengendalikan diri terhadap uang. Uang bukan ukuran kebahagiaan. Kebahagian kekal akan diperoleh bila kita menjadikan uang sebagai persembahan yang hidup dan murni melalui karya mewujudkan Kasih Yesus.
Bapa yang Maha Pengasih, seringkali kami menyembunyikan kebenaran karena uang. Bentuk kami untuk dapat mengendalikan diri dan tidak lagi mengutamakan uang sebagai alat mencapai kebahagian. Kobarkan semangat kami dalam mempersembahkan uang sebagai bentuk pelayanan. Dan, jadikan kami mampu hidup dalam terang dan kasih-Mu yang sejati. Amin.
Penulis Renungan: Rosita Sukadana
Pengisi Renungan: Reinaldo Rahawarin