Renungan Tetes Embun: Sabtu, 8 April 2023.
” Ia tidak ada di sini sebab Ia telah bangkit.” (Mat 28:6)
Hari ini kita mengenang Sabtu Suci dan Vigili Paskah. Hari kedua sesudah wafat Yesus. Lazimnya, seperti mungkin pernah jadi pengalaman kita masing-masing, ketika ada kerabat meninggal, butuh waktu lama untuk pulih dari duka. Tapi kutipan Injil Matius sebagai suatu refleksi, sungguh menarik, mengingatkan kita untuk segera bangkit dari masa lalu.
Seorang teman pernah membagikan refleksinya, bahwa untuk dapat semakin berguna untuk orang lain, kita harus menjadi kuat terlebih dulu, bisa menolong diri sendiri terlebih dulu. Tuhan Yesus sudah memperlihatkan, bagaimana kekuatan didapatkan dari keteguhan hati. Kekuatan itu Ia kerahkan untuk mampu bangkit lagi, meski jatuh berkali-kali, agar sampai akhir, dapat memanggul salib, menyelesaikan tugas-Nya.
Kekuatan yang diperlihatkan Tuhan Yesus untuk mampu bangkit, dan pada akhirnya bangkit dari mati, tentunya tidak berasal dari kekuatan manusia. Tuhan yang selalu bersama kita, akan ada di setiap saat dibutuhkan. Seperti ketika Tuhan Yesus kepayahan memanggul salib, ada seorang Simon dari Kirene yang diutus Allah Bapa untuk membantu-Nya.
Seringkali tanpa sadar, kita sendiri yang membuat langkah kita untuk melanjutkan hidup, demikian berat, karena kita masih belum lepas dari masa lalu. Bagaimanakah kita bisa beranjak dari luka di masa lalu, kalau kita terus membawanya di masa kini dan masa depan? Kadangkala memaafkan diri sendiri, sama sulitnya dengan memaafkan orang lain.
Seperti petunjuk dari malaikat bahwa Yesus sudah bangkit, tidak lagi ada di makam, pertobatan seorang manusia, memang tidak cuma sekali, karena kita pun berdosa berkali-kali. Namun sengsara Tuhan Yesus dan wafatnya di salib adalah teladan, yang menjadi petunjuk, bahwa Tuhan selalu memberi kesempatan pada kita manusia untuk bertobat, bergerak dari masa lalu dan bangkit dari dosa.
Ya Bapa, kami bersyukur atas kelebihan juga kekurangan kami, karena dengan menyadari ketidaksempurnaan, kami sebagai murid Kristus, terpacu untuk terus belajar, dibentuk dengan benturan-benturan dalam hidup sehingga kami memahami kebenaran yang akan Kau tunjukkan. Dampingilah kami selalu sebagai murid-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Penulis Renungan: Rediningrum Setyarini
Pengisi Renungan: Clara C. Maria Imm. Wara Wulandaru