KETURUNAN

Renungan Tetes Embun, Sabtu 17 Desember 2022

Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus (Mat 1:16)

Di dalam adat suku Jawa, untuk mencari pasangan hidup memerlukan beberapa kriteria selain bebet, bobot tetapi juga bibit. Bibit berarti mempertimbangkan sang calon berdasarkan garis keturunan.

Makna dari bibit adalah asal usul atau garis keturunan. Bukan berarti bahwa seorang calon menantu harus berdarah biru. Tetapi bermakna bahwa orang tersebut harus jelas latar belakangnya. Dari mana ia berasal, dengan cara apa dan oleh siapa ia dididik, bagaimana situasi lingkungan keluarganya bahkan harus tahu riwayat keluarga sang calon.

Begitu pentingnya bibit ini karena akan berpengaruh kepada watak atau karakter yang berpotensi diturunkan dalam keluarga. Sehingga watak seorang calon menantu dapat dilihat secara kurang lebih dari watak orang tua yang membesarkan.

Dengan kata lain sang calon harus jelas secara silsilah sehingga dengan riwayat silsilah keturunannya bisa dipertimbangkan sang calon menantu itu baik atau tidak.

Di beberapa kesempatan, ternyata silsilah juga memengaruhi penghormatan kita kepada sesama kita, misalnya kita cenderung akan memberikan penghormatan lebih dari orang yang berasal dari keturunan raja, keturunan presiden atau keturunan dari orang penting lainnya.

Mereka yang berasal dari keturunan orang yang penting di dalam masyarakat akan mendapat perlakuan yang berbeda dengan orang yang berasal dari keturunan rakyat biasa. Sehingga keturunan dalam hidup bermasyarakat masih dipandang sangat penting.

Injil pada hari ini begitu indah mau menyatakan bahwa Allah turut serta dalam sejarah manusia, bukan saja mengambil rupa seorang hamba yakni manusia ciptaan-Nya, namun juga ikut dalam garis keturunan manusia.

Nama dan sejarah menjadi pokok penting dalam karya Allah, dan mengandung makna yang mendalam bagi umat Yahudi. Abraham adalah leluhur termasyhur yang menerima Perjanjian Rahmat.

Daud, meskipun memiliki catatan negatif, dianggap sebagai raja ideal, dan melalui garis keturunannya akan lahirlah harapan Israel dalam diri Mesias, Sang Pembebas.

Adapun pembuangan ke Babel adalah pengalaman mahapahit, namun sekaligus menjadi penanda dan juga realitas pembaharuan hidup yang hadir melalui air mata dan pertobatan. Jadi, ada karya Allah bagi hidup umat melalui perjanjian rahmat, pengharapan, dan pembaharuan hidup.

Semua ini terpola dan terarah kepada Kristus dalam rangkaian sejarah keselamatan. Silsilah yang diceritakan dalam Injil hari ini hendak menegaskan karya keselamatan bagi semua orang, dari silsilah Yesus terdapat kisah Rut yakni perempuan dari bangsa asing. Tamar dan istri Uria (Betsyeba) memiliki masa lalu yang kelam. Serta kisah Maria. Inilah istimewanya karya Tuhan. Karya Allah dalam sejarah menggunakan dan mengatasi kelemahan manusia.

Pesan Injil Matius hari ini bukan sekadar berbicara mengenai silsilah namun memberikan pesan yang memberikan kelegaan yakni Allah tidak memandang diri kita siapa, tidak pula melihat dari keturunan bangsa apa bahkan tidak juga membedakan antara kita berdosa atau tidak namun kedatangan Yesus datang untuk semua orang.

Misi-Nya adalah keselamatan semua bangsa, bukan hanya keturunan Israel. Terlebih dari itu bahwa keselamatan-Nya melampaui perbedaan. Ia datang tidak saja untuk orang-orang benar, tetapi juga untuk orang-orang berdosa.

Keselamatan Yesus itu sesungguhnya meliputi semua melampaui generasi, suku bahkan kedosaan kita umat manusia. Pertanyaan untuk kita renungkan adalah apakah kita sudah mempersiapkan hati kita menyambut datangnya sang penebus Yesus Kristus?

Ya Yesus andalanku, Aku bersyukur karena Engkau mau bertindak dalam sejarah hidupku. Hantarkan hatiku jauh ke dalam hatimu, tenggelam-kan aku di dasar samudra kasih-Mu sehingga hamba-Mu ini dimampukan dan dipantaskan menyambut-Mu. Sebab Engkaulah raja yang mulia dan kekal untuk selama lamanya demi Yesus Kristus Tuhan kami. Amin

Penulis dan Pengisi: Rangga Nalendra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *