Renungan Tetes Embun: Sabtu, 24 Desember 2022
“Dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita.” (Lukas 1:75)
Dalam Kitab Kedua Samuel pada hari ini dilukiskan betapa berlimpah kasih karunia Tuhan bagi Daud hamba-Nya dan Israel umat-Nya. Injil Lukas juga mengisahkan tentang luar biasanya limpahan kasih karunia Tuhan yang sangat disyukuri oleh Zakharia.
Kasih karunia Tuhan yang begitu berlimpah sejak zaman dahulu, bagaimanakah seharusnya dibalas, diperlakuan, dan disikapi oleh umat-Nya? Dalam Kitab Suci banyak dikisahkan bagaimana umat yang menerima kasih karunia justru begitu mendurhakai dan tidak percaya kepada Sang Mahakarunia.
Sesungguhnya Tuhan Semesta Alam sama sekali tidak memerlukan apa lagi menuntut balasan yang setimpal dari umat-Nya. Bagi Tuhan cukuplah jika seumur hidup, kita dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya.
Mungkinkah di era sekarang ini yang menghalalkan segala cara sudah menjadi pilihan untuk meraih tujuan, kita sebagai umat yang sangat dikasihi Tuhan tetap berupaya setia dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita?
Kita bisa mulai dari hal kecil dan sederhana lho, misalnya membiasakan diri on time atau tepat waktu dalam hal apa pun.
Coba jujur dalam hati masing-masing apakah selama ini sudah selalu on time atau tepat waktu? Hal lain misalnya menjaga kebersihan, siapa yang kalau makan permen dan sedang jauh dari tempat sampah, bungkusnya dikantongi bukan asal lempar. Jika kita mau ke pesta, usaha tidak terlambat, nah bagaimana jika sembahyangan, Rosario, atau ke Gereja?
Mari berupaya meneladani santo/santa pelindung dan atau figur-figur yang dikagumi, yang setia menjaga pola pikir, sikap, tindakan, dan ucapan senantiasa dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup.
Tuhan, bantulah kami agar dalam mengarungi hidup segala pola pikir, sikap, tindakan, dan ucapan senantiasa dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Mu dengan tiada pernah lupa bersyukur atas rahmat-Mu yang begitu luar biasa. Amin
Penulis: Clara Christina Maria Immaculata Wara Wulandaru
Pengisi: Dionisius Agus Puguh