Renungan Tetes Embun: Selasa, 17 Januari 2023
“Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Markus 2:23-28)
Apa yang terbersit dalam benak Anda, ketika Anda dipertemukan dengan apa yang kita kenal sebagai “aturan” atau “peraturan”? Akan ada pihak yang mendukung di satu sisi sekaligus pihak yang menolak aturan tertentu di sisi yang lain.
Tentu di antara kita ada yang berpendapat, bahwa pada kenyataannya semua aturan yang telah dibuat manusia adalah untuk “dilanggar”! Apakah memang tepat demikian yang seharusnya terjadi? Pernahkah kita melanggar aturan-aturan yang ada di sekitar kita? Barangkali demi alasan tertentu sekaligus untuk membenarkan diri?
Sebagai umat Katolik Anda terkadang harus rela berhadapan dengan kenyataan pahit, manakala kita dengan sungguh-sungguh menaati aturan yang ada. Mereka-mereka yang seringkali melanggar aturan justru akan mencemooh dan mencari-cari “celah” agar dapat menjatuhkan Anda atau mempersalahkan Anda yang begitu “gigih” menaati aturan setiap harinya.
Pernahkah Anda mengalami hal ini dalam kehidupan sehari-hari? Mungkin saja di kantor, di sekolah, di lingkungan masyarakat, atau barangkali di jalan raya. Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika harus menghadapi situasi yang tidak mengenakkan ini?
Di dunia ini manusia cenderung menciptakan peraturan dan hukum. Dalam kehidupan beragama pun terdapat sejumlah peraturan yang harus ditaati. Tujuannya tentu saja baik.
Dalam Perjanjian Lama, salah satu aturan yang ditetapkan adalah mengenai “istirahat.” Setiap hari Sabat (atau Sabtu), semua orang diwajibkan untuk beristirahat dari pekerjaannya masing-masing. Bagi umat Kristiani, waktu untuk beristirahat ini kemudian digeser dari Sabtu ke hari Minggu dalam ungkapan: ”Kuduskanlah Hari Tuhan!”
Injil hari ini mengisahkan orang-orang Farisi yang memperlakukan aturan begitu ketat. Karenanya, mereka tak terima ketika murid-murid Kristus melanggar aturan hari Sabat. Meski demikian, Yesus mengingatkan kita dengan kata-kata-Nya: ”Hari Sabat itu untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat!” Sebab hukum adalah untuk manusia, bukan manusia untuk hukum.
Ya Tuhan, bimbinglah kami agar menjadi pribadi-pribadi yang selalu menaati segala perintah-Mu. Rahmati kami dengan curahan Roh Kudus-Mu, agar kami kian menjadi sempurna dan mewartakan Kabar Baik kepada semua orang. Semua kami mohon demi kemuliaan nama-Mu; kini, dan sepanjang segala masa. Amin.
Penulis: Dionisius Agus Puguh
Pengisi: Fransisca Tyas