Renungan Tetes Embun: Sabtu, 4 Februari 2023.
“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.” (Markus 6:31)
Dalam hidup bermasyarakat, kata bertapa kerap kali memiliki makna konotasi yang kadang kala bermuatan klenik misalnya saja mencari ilmu kebatinan di gua gua, di makam keramat sampai dengan di tepi laut dan sebagaianya.
Motif bertapa pun memiliki makna yang beragam dari mencari kesaktian, kekayaan, pangkat sampai mencari jodoh banyak sekali tujuan dan motif orang bertapa, bahkan tata cara bertapa pun beragam dari hanya sekedar berpuasa,mati raga, tidak tidur semalam suntuk, duduk bersila di gua gua sampai ada yang ekstrim menguburkan badan di tanah.
Namun terlepas dari tata cara, motif sampai tujuan orang bertapa, manusia merindukan akan kekuatan dari “beyond” yakni sebuah Entitas yang melampaui dari pemahaman manusia. Dalam Bahasa teologi sang entitas itu bernama Allah.
Dalam Gereja Katolik bertapa sendiri dapat diartikan sebagai: “monachus”yang berarti: tersendiri, menyendiri atau orang yang hidup menyendiri, mengasingkan diri dari masyarakat ramai.Tujuan bertapa dalam Gereja Katolik adalah menjalani dan menghayati cita-cita Injili sebaik dan seradikal mungkin. Apakah sebetulnya cita-cita Injili itu? Intinya dapat dikatakan: bersatu seerat-eratnya dengan Allah melalui Kristus.
Dengan menarik diri dari keramaian dan memasuki kesunyian. Kesunyian yang merupakan sarana untuk memudahkan setiap orang bertemu dengan Tuhan. Seorang yang mengundurkan diri dari “dunia” dan sesama saudaranya, bukan karena, ia tak mau ambil pusing akan keselamatan mereka,melarikan diri dari kenyataan namun dengan kesadaran untuk dapat bersatu dengan Kristus dalam laku doa.
Tantangannya Di era yang begitu sibuk saat ini, seringkali kita lupa kalau kita membutuhkan waktu untuk berdiam diri dalam kesunyian ,merecharge kembali energy batiniah kita dengan cara berdiam, dan meninjau diri sendiri. Kita terlalu sibuk dengan pekerjaan dan gadget kita dari waktu bangun sampai menutup hari, disibukan mencari kata kata untuk diposting di sosial media kita, sibuk mencari foto terbaik kita untuk dipajang dan dipamerkan dalam sosial media.
Kita terlalu sibuk dan focus terhadap masalah, dan hal-hal yang menyerap energi kita dan membuat kita tidak dapat beristirahat. Sehingga terkadang melupakan kebutuhan rohani kita untuk memberi makanan untuk jiwa dan roh kita. Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan betapa Yesus dan murid-murid-Nya disibukan oleh pelayanan sampai mereka tidak sempat untuk makan dan beristirahat.
Namun kemudian, Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk beristirahat di tempat yang sunyi. Sunyi buka berarti jauh dari kebisingan, juga bukan berarti tempat atau lokasi yang angker namun kesunyiaan yang diminta adalah mengheningkan laku dunia kita dan memberikan waktu kita sejenak untuk bersatu dalam Kristus dalam keheningan.
Berikan waktu satu atau dua menit untuk Berikanlah waktu untuk menjernihkan pikiran, menenangkan hati, mengevaluasi diri, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Jangan sampai kita terlalu sibuk dengan aktivitas kita, dan melewati kebersamaan dengan Tuhan.
Allah Tritunggal Maha Kudus, ku angkat syukurku atas hari yang telah terlewati, namun begitu sibuknya diriku hingga tidak menyadari kebersaanMu denganku, maka kumohon bantulah aku agar mampu menjeda dan berdiam diri merasakan kehadiranMu sebab hanya Engakulah Tuhan yang berkuasa dan berdaulat untuk selamanya. Amin
Penulis Renungan: A. Rangga A. Nalendra
Pengisi Renungan: Clara C. Maria Imm. Wara Wulandaru