Renungan Tetes Embun: Senin, 6 Februari 2023.
“Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.” (Mar 6:56)
Apakah yang paling berharga di dunia ini? Jika anda menjawab ratusan milyar, anda menjawab kurang tepat karena uang pada titik tertentu akan habis apapun motif dan tujuan penggunaannya, jika anda menjawab ribuan ton emas dan berlian maka jawaban anda masih kurang tepat, karena sama seperti uang, emas dan berlian akan habis pada suatu masa apapun tujuan dan penggunaannya, lalu jika harta benda dianggap kurang berharga maka jawaban yang paling tepat sesuatu yang berharga di dunia adalah kesehatan.
Bahkan belum lama berlalu, kita digentarkan dengan wabah Covid 19, sebuah pandemic yang cukup menyita energi dan satu satunya doa yang selalu kita panjatkan adalah agar dunia sembuh kita selalu dalam keadaan sehat. Maka kesehatan menjadi suatu yang sangat bernilai dan berharga. Banyak jalan dilakukan manusia ketika mengalami penyakit supaya mendapat kesembuhan, segala macam cara dilakukan untuk menjadi sehat kembali.
Ada yang datang ke dokter serta berobat di rumah sakit. Ada juga yang mengusahakan penyembuhan alternatif, dengan memercayai dukun atau paranormal atau cara – cara lain yang berasal dari bukan yang mengenal Yesus seperti dibacakan ayat agama lain, diminumkan air dari doa agama lain serta cara lainnya yang bukan dari penyertaan Yesus . Cara yang terakhir ini dapat membahayakan iman Kristen.
Sebagai orang Kristen, seharusnya kita meyakini bahwa Tuhan Yesus satu satunya yang dapat menyembuhkan segala penyakit. Sehingga sikap batin kita adalah dengan percaya seutuhnya kepada Yesus bukan lantas malah mencari jalan alternatif lain untuk memperoleh kesembuhan dengan mengorbankan kepercayaan kita. Kesembuhan itu dapat terjadi ketika Tuhan berfirman dan beraksi tetapi juga dapat pula terjadi karena adanya usaha dan gerakan manusia untuk hadir dan “menjamah” Tuhan dengan penuh iman.
Seperti yang terjadi dalam kisah di Injil Markus hari ini yakni dikisahkan bahwa Tuhan Yesus datang ke Genesaret. Rupanya orang Genesaret telah mengenal Yesus. Dengan berbondong-bondong, mereka datang pada Yesus membawa orang sakit. Dari kisah tersebut kita dapat menimba pengetahuan bahwa aspek yang menentukan terjadinya mukjizat kesembuhan yang dialami oleh mereka yang sakit pada saat itu adalah iman yang secara total percaya kepada Yesus.
Mereka percaya bahwa hanya dengan menyentuh atau menjamah jumbai jubah Tuhan Yesus, mereka akan sembuh. Namun sangat jelas ini bukan soal kesaktian Jubah Yesus. Jubah hanya alat, sarana yang menghubungkan kita kepada Yesus. Dengan menyentuh jumbai jubah-Nya, mereka telah ‘menyentuh-Nya’.
Hal ini sama seperti ungkapan iman misalnya saat kita berusaha menemui Tuhan lewat doa, menjamah Tuhan dengan menyentuh patung Yesus yang pastinya tidak ada unclean spirit di dalamnya , atau berusaha mencium Tuhan dengan mencium salib ketika peraayan Jumat Agung.
Simbol, tanda, gestur, semua itu adalah ungkapan iman kita pada-Nya, sehingga sikap iman inilah yang harus kita tiru, percaya total kepada Yesus , dengan cara kita hadir dan datang kepada-Nya dengan kerendahan hati yang menganggap diri tak layak menyentuh Yesus secara langsung untuk mendapat kesembuhan.
Allah Tritunggal Maha Kudus, ku angkat syukurku atas hari yang telah terlewati, aku berdoa secara khusus untuk mereka yang sedang sakit di dalam nama-Mu yang kudus berkenanlah memberikan kesembuhan bagi mereka yang berharap pada-Mu, sebab hanya Engakulah Tuhan yang berkuasa dan berdaulat untuk selamanya. Amin
Penulis Renungan: A. Rangga A. Nalendra
Pengisi Renungan: Hedwigis Belto Rosyandari