Renungan Tetes Embun: Kamis, 9 Februari 2023.
“Maka kata Yesus kepada perempuan itu: “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” (Mark 7:29)
Ada sebuah adagium yang menarik untuk dibagikan dalam renungan kali ini yakni Pelaut Ulung Tidak Lahir dari Ombak yang Tenang.Adagium itu hendak menggambarkan sebuah perjuangan, kegigihan dalam mengarungi lautan hidup. Ombak dapat diartikan sebagai masalah hidup yang datang silih berganti.
Memang setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda saat menghadapi masalah. Ada yang menyerah, ada yang masa bodoh, ada yang pasrah dan ada yang lari dari masalah. Bahkan ada juga yang tetap gigih berjuang berjerih payah dalam menghadapi masalahnya.
Biasanya yang gigih dan berjuang akan merona wajahnya dengan puas setelah berakhirnya masalahnya tersebut, maka sang pemazmur mengatakan apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
Kegigihan dan perjuangan itu digambarkan dengan sangat indah dalam bacaan hari ini, Injil mengetengahkan sosok seorang wanita non Yahudi yakni seorang Siro-Fenisia. Injil mengajak kita merenungkan makna kegigihan sang wanita tersebut. Pada renungan ini kita coba belajar dari seorang perempuan Yunani Siro-Fenesia.
Perempuan ini datang kepada Yesus meminta pertolongan untuk kesembuhan anak perempuannya. Ketika bertemu dengan Yesus tersungkurlah perempuan itu di kaki Yesus. Kata tersungkur mengandung arti bahwa perempuan itu menundukkan kepala sampai ke tanah. Artinya ia merendahkan diri serendah-rendahnya sampai ke tanah. Ia mempercayakan pengharapannya kepada Yesus. Ia membuang harga dirinya di depan Yesus untuk keselamatan anak perempuannya.
Meskipun tanggapan Yesus terdengar sangat keras. Namun disinilah kegigihan dari perjuangan sang wanita itu, andaikan dia menyerah panas hati, marah, dan kecewa ketika merespon perkataan Tuhan Yesus, kemudian menyerah pergi meninggalkan-Nya, tentunya pastilah keselamatan tidak datang kedalam keluarganya. Ia benar-benar gigih dalam memperjuangkan keselamatan keluarganya.
Imannya memang diuji dan terbukti imannya sungguh-sungguh sejati. Iman berarti mempercayai Allah bahkan mempercayakan hidup kepada Allah. Renungan untuk kita apakah kita sudah merendahkan diri dihadapanNya dan mempercayakan hidup kepada Allah. Sebab mempercayai Allah berarti menerima dengan sukacita apapun yang diperkenankan Allah terjadi dalam hidup kita.
Tuhan menghendaki agar kita beriman kepadanya walau terkadang iman kita diuji. Tuhan tidak langsung menjawab permohonan kita. Mungkin mesti menunggu dan tetap gigih percaya kepada Tuhan. Bahkan kerap kali sesuatu mungkin saja buruk di mata manusia menimpa diri kita . Ini bisa jadi adalah ujian dari Tuhan agar iman kita tetap teguh dan tetap setia kepada Tuhan.
Karena ujian yang diberikan adalah caraNya melihat bagaimana sikap kita menghadapi masalah. Kunci melewati hal tersebut adalah dengan tetap gigih dan mengharap belas kasih Tuhan dengan sikap rendah hati adalah kekuatan yang membawa kita kepada keselamatan.
Allah Tritunggal Maha Kudus, ku angkat syukurku atas hari yang telah terlewati, Ajarlah aku gigih tatkala masalah datang, dan hanya menggantungkan diri di dalam kemurahanMu. Ajarlah aku agar diberikan iman seperti perempuan Siro Fenesia agar beroleh keselamatan. sebab hanya Engakulah Tuhan yang berkuasa dan berdaulat untuk selamanya. Amin
Penulis Renungan: A. Rangga A. Nalendra
Pengisi Renungan: Reinaldo Rahawarin