Renungan Tetes Embun: Rabu, 8 Februari 2023.
“Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” (Mark 7:15)
Mungkin di tanah air, kita sangat familiar dengan logo halal dan tata aturan halal yang beredar namun tahukah sobat bahwa aturan halal pun ada dalam tradisi agama Yahudi? Kata kosher mungkin di Indonesia tidaklah familiar dijumpai karena kosher merupakan suatu aturan kehalalal yang berlaku bagi kaum Yahudi.
Standarisasi ini memuat berbagai hukum mengenai makanan yang layak konsumsi serupa dengan aturan halal yang beredar di tanah air.Hukum ini didasarkan kepada Kitab Imamat dan Ulangan di dalam Taurat Musa. Kosher lebih banyak mengatur soal makanan, yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Bacaan hari ini hendak menggambarkan kritik religious dan penempatan makna hukum Kosher lebih dalam lagi.
Tuhan Yesus mengajak kita untuk tidak berhenti pada sebuah prinsip yang dangkal, yaitu tentang najis tidaknya sebuah makanan yang masuk ke dalam mulut. Prinsip ini hanya berhenti pada hal-hal dunia yang profan. Prinsip ini sama sekali tidak menunjukan sebuah kedalaman, sehingga Tuhan Yesus mengajarkan kedalaman makna kosher bukan sekedar yang masuk yang menajiskan seseorang, namun yang berasal dari dalam diri manusia sendirilah yang dapat menajiskan.
Hari ini Tuhan Yesus mengajarkan agar tidak berhenti kepada aturan baku soal makanan, namun mengajak kita yang percaya padaNya melakukan perubahan radikal mengenai pemahaman najis, yakni menjaga hati dari kenajisan sehingga dari dalam hati, muncullah perilaku lahiriah dan cara berbicara kita.
Ketika hati kita dipenuhi dengan kasih dan damai sejahtera, maka perilaku dan kata-kata yang keluar dari hati dan lewat mulut kita, penuh dengan persahabatan, kasih dan bijaksana. Sebaliknya ketika hati kita dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian, maka prilaku dan kata-kata kita penuh dengan sumpah serapah, kegaduhan dan permusuhan.
Misalnya saja menjelekan orang lain dengan mengatakan orang lain seperti Firaun dan lantas menyalahkan bahwa lisannya sedang kesambet, namun yang sebenarnya terjadi adalah kebencian yang mengakar sehingga menajiskan lisannya. Sahabat katolikana, marilah kita melihat hati kita, sudahkah kita menyucikan hati kita ataukah hati kita masih terbelenggu oleh hal-hal yang membuat kita terus berada dalam kegelapan?
Allah Tritunggal Maha Kudus, ku angkat syukurku atas hari yang telah terlewati, Ajarlah kami menjaga hati kami masing masing sehingga kami dapat memancarkan wajah KasihMu kepada sesame kami.Ajarlah kami tunduk kepada ajaranMu bukan kepada aturan profan sebab hanya Engakulah Tuhan yang berkuasa dan berdaulat untuk selamanya. Amin
Penulis Renungan: A. Rangga A. Nalendra
Pengisi Renungan: Reinaldo Rahawarin