Renungan Tetes Embun: Sabtu, 4 Maret 2023.
“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat 5:48)
Ada sebuah filosofi bisnis Jepang yang mengajarkan mengenai mengejar kesempurnaan yang bernama KAIZEN. Kaizen merupakan gabungan dari dua kata, yaitu Kai (yang bermakna perubahan) dan Zen (yang bermakna baik). Dalam filosofi Kaizen diajarkan bahwa perubahan kecil dapat membantu menghentikan kebiasaan buruk dan menciptakan rutinitas dalam aktivitas sehari-hari, sehingga dengan perubahan tersebut akan menciptakan kesempurnaan.
Jika ditilik lebih mendalam, dalam Kaizen ini terdapat sebuah proses perbaikan, perubahan menjadi lebih baik, atau perbaikan berkelanjutan yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan, sehingga Kaizen memberdayakan orang untuk membuat perubahan kecil untuk mendapatkan hasil yang signifikan, perbaikan itu menciptkan kesempurnaan.
Penginjil pada perikop bacaan hari ini dalam Matius 5 :43-48 memberikan teguran keras mengenai sikap beriman kita. Sebagai pengikut Yesus yang percaya kepada-Nya, kita dituntut untuk melakukan tindakan diluar kebiasan manusia. Kita diminta untuk mengasihi musuh kita dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita.
Hal ini hendak menekankan bahwa prinsip beriman Kristiani berbeda dari prinsip hidup di dunia ini pada umumnya. Yesus menegur agar apa yang kita lakukan melampaui kebiasaan hidup orang secara kebanyakan, dengan tujuan untuk menjadi sempurna seperti Allah Bapa. Mengejar kesempurnaan dalam beriman inilah yang diminta oleh Yesus melalui bacaan Injil hari ini.
Memang.., manusia tidak akan bisa sampai sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah! Namun manusia dapat mengejar kesempurnaan tersebut.
Mengampuni musuh, mendoakan mereka yang mencela kita, atau memberi salam untuk semua orang, adalah tindakan kasih yang sempurna. Tantangan di era super destruktif saat ini adalah, kita ditantang untuk berani melepas pengampunan, berani mendoakan orang-orang yang kita benci, dan tentu saja semua itu sulit untuk kita lakukan, bukan?!
Akan tetapi seperti halnya dengan filosofi kaizen yang kita bahas di awal renungan tadi, kita dapat belajar membuat perubahan kecil – termasuk dalam hal pengampunan. Jika yang pertama gagal, mari kita coba lagi dan lagi, karena dengan perubahan kecil tersebut akan menghasilkan buah kesempurnaan.
Hal ini relevan dengan peziarahan kita semua di masa pra paskah ini. Kita semua diundang untuk berbuah sekaligus merenungi karya keselamatan yang Allah perbuat bagi kita. Dengan berubah, kita menuju pada kesempurnaan, sama seperti Bapa di Sorga yang adalah sempurna.
Bapa Yang Maha Baik, Engkau kupuji dan aku bersyukur atas hari ini. Aku mohon, ajarilah aku untuk berani keluar dari kebiasaan lamaku dan berani berubah menuju kesempurnaan. Mampukan hamba-Mu ini ya Tuhan untuk menjadi duta-duta damai dalam masa prapaskah ini. Sebab hanya Engkaulah Tuhan penyelamatku. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Penulis Renungan: A. Rangga A. Nalendra
Pengisi Renungan: Dionisius Agus Puguh