Renungan Tetes Embun: Minggu, 5 Maret 2023.
“Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” (Mat 17:5)
Setiap kali kita membaca kasus pembunuhan, sering kali kita menemukan berbagai alasan sang pembunuh melakukan aksi kejinya. Salah satu penyebabnya adalah motif akibat mendengarkan bisikan gaib, sehingga kemudian tega membunuh sesamanya.
Ada pula kisah lain ketika seseorang sedang ngalap berkah, di mana ia biasanya diharuskan mencari tempat yang sunyi dan angker untuk menerima bisikan gaib tertentu sekaligus mendapatkan apa yang dikehendakinya. Orang itu pun kemudian mendengarkan bisikan gaib tersebut hingga pada akhirnya menjadi salah jalan.
Melihat fenomena demikian, maka diperlukan discernment – yaitu sebuah usaha untuk bisa membedakan apakah suara yang kita dengarkan berasal dari Allah atau justru suara lain yang bisa saja malah menyesatkan hidup kita.
Penginjil melaui bacaan hari ini menceritakan kisah Transfigurasi Kristus yaitu peristiwa di mana Kristus dinyatakan sebagai Anak Allah, dengan tubuh kemuliaan-Nya. Pada peristiwa tersebut Petrus, Yakobus dan Yohanes melihat suasana yang begitu luar biasa. Yesus berubah dan memperlihatkan kemuliaan-Nya dengan wajah bersinar seperti matahari dan pakaian-Nya putih bersinar terang dan sedang bersama-sama dengan Musa dan Elia.
Yang menarik dari peristiwa ini adalah suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia”. Suara ini merupakan fakta teologis mengenai kebenaran dogma trinitas antara Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus, sehingga kita yang percaya kepada-Nya diminta mendengarkan suara-Nya.
Di era post truth saat ini, – di mana kebenaran dapat dikontruksi sedemikian rupa dan dipelintir oleh sebagian golongan, kita diombang-ambingkan dengan banyak suara-suara yang beredar di masyarakat. Suara-suara yang dapat mengikis penghayatan iman kita, seperti ajaran-ajaran lain yang mencoba mempertanyakan Keilahian Tuhan, juga mempertanyakan tentang Trinitas.
Suara-suara demikian dapat mengikis, bahkan dapat pula menyesatkan, oleh sebab itu diperlukan discernment. Menurut St Ignasius, discernment atau pembedaan roh adalah bentuk latihan rohani untuk merasakan bermacam-macam gerak batin agar kita dapat mengenali kehendak Allah atas diri kita.
Selain itu discernment memampukan kita untuk melakukan orientasi atas kemerdekaan hidup yang kita peroleh, untuk selanjutnya kita arahkan agar senantiasa sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Di sinilah diperlukan sikap terbuka kepada Allah.
Hal ini sejalan dengan peziarahan kita di masa prapaskah ini, dimana kita diajak semakin dekat dengan hadirat Allah melalui laku batin bertobat, terbuka dalam komunikasi doa, dan dekat dengan-Nya sebagai pelaku firman. Dengan begitu, kita tidak akan mudah terkecoh dengan suara-suara lain, sehingga hanya suara dari Yesuslah yang akan kita dengarkan.
Bapa Yang Maha Baik, Engkau kupuji dan aku bersyukur atas hari ini. Aku mohon, bukalah hatiku dan juga inderaku, agar aku hanya mendengarkan bisikan suara-Mu. Mampukan hamba-Mu ini ya Tuhan, untuk menjadi pembawa damai dalam masa prapaskah ini. Sebab hanya Engkaulah Tuhan penyelamatku. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Penulis Renungan: A. Rangga A. Nalendra
Pengisi Renungan: Dionisius Agus Puguh