Renungan Tetes Embun: Rabu, 29 Maret 2023.
“Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.” (Yoh. 8:31-42)
Melalui bacaan Injil, tentu kita semua pernah membaca atau mendengarkan kisah mengenai orang-orang yang begitu takjub dan terkesan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dan luar biasa. Karena ketakjubannya orang-orang itu sampai berucap demikian, “Yang begini ini belum pernah kita lihat.” (Mrk. 1:22; 2:12).
Rasa kagum dan takjub itu tidak berhenti sampai di situ saja. Melalui kebangkitan-Nya – yang kita peringati dalam peristiwa Paskah, mereka semakin dibuat takjub dengan pengalaman imannya. Para wanita lari meninggalkan kubur, sebab mereka mengalami perasaan gentar yang begitu dasyat; juga perjumpaan Rasul Paulus dengan Tuhan dalam perjalanannya ke Damsyik.
Bermula dari rasa heran dan kagum tersebut; mereka selanjutnya menulis tentang Yesus, yang diimani sebagai Pribadi yang datang dari Allah Bapa.
Memang tidak semua orang kemudian menjadi percaya akan semua itu. Orang-orang Yahudi misalnya; mereka mendiskusikan Yesus sedemikian rupa, hingga di antara mereka ada yang berkata demikian, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Dia tidak memelihara hari Sabat!” Meski begitu, orang yang pernah disembuhkan Yesus berani menjawab, “Jikalau orang ini tidak datang dari Allah, Dia tidak dapat berbuat apa-apa!” (bdk. Yoh. 9:16.33).
Dalam Perjanjian Baru, kita akan menemukan rumusan jawaban yang beraneka ragam terhadap pertanyaan yang berbunyi, “Apa pendapatmu tentang Kristus?” Akan tetapi dari semua jawaban tersebut, pokok jawabannya selalu jelas, “Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa. Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis. Sebab Allah menyertai Dia.” (bdk. Kis 10:38)
Kesatuan Yesus Kristus dengan Allah Bapa merupakan pokok dan inti iman Kristiani. Dengan kata lain, kita semua percaya bahwa Allah Bapa mewahyukan diri-Nya secara konkret dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus juga disebut Immanuel yang artinya, “Allah beserta kita.”
Ya Tuhan, terima kasih atas semua yang telah Engkau ajarkan melalui Injil Suci-Mu. Berikan kami kekuatan dan rahmat agar dapat menjadi saksi-saksi-Mu yang hidup. Semua kami mohon demi kemuliaan nama-Mu; kini, dan sepanjang segala masa. Amin.
Penulis Renungan: Dionisius Agus Puguh
Pengisi Renungan: Maria Indah Stephanie