ZONA NYAMAN DAN RASA BENCI

Renungan Tetes Embun: Sabtu, 1 April 2023.

“Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa. …ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.” (Yoh. 11:45-59)

Bacaan Injil hari ini berkisah bagaimana kesepakatan disusun oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi untuk bersekongkol membunuh Yesus. Mereka memanggil Mahkamah Agama untuk mengajak mendiskusikan rencana tersebut. Apa yang terbersit dalam benak Anda saat membaca kisah persekongkolan ini?

Barangkali di antara Anda ada yang merasa dongkol, mungkin juga kecewa, marah, dan tidak bisa menerima persekongkolan tersebut; sebab tujuan mereka adalah jelas dan pasti, yaitu untuk membunuh Yesus!

Apa yang diperbuat oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi sudah barang tentu didasari oleh “rasa benci” mereka terhadap Yesus. Dan penyebabnya adalah karena segala mukjizat yang diperbuat Yesus jelas-jelas mengancam eksistensi dan kedudukan mereka dalam tradisi Yahudi.

Sekarang mari kita coba tengok ke dalam diri kita masing-masing dengan mengajukan pertanyaan sederhana demikian, “Pernahkah saya membenci orang lain karena kelebihan atau keberhasilan yang dicapainya?”

Tentu, Anda telah mengantongi jawabannya masing-masing dalam benak Anda, bukan?! Dan pastinya jawaban tersebut tidak perlu diketahui oleh orang lain. Pertanyaan berikutnya yang dapat Anda renungkan adalah, “Mengapa saya membenci orang tersebut?”

Terlepas apakah orang tersebut adalah sahabat kita, rekan kerja kita, bawahan di kantor, bahkan mungkin saudara kandung atau pasangan hidup kita; “rasa benci” yang tertanam di hati kita dapat merusakkan segalanya!

Barangkali Anda pernah mengalami suasana dimana Anda tiba-tiba begitu dibenci oleh atasan Anda di kantor?! Sebagai staf atau karyawan biasa, tentu Anda akan mencari tahu penyebabnya, bukan?! Apalagi jika faktanya,… Anda merasa tidak pernah melakukan kesalahan. Dengan kata lain, selama bekerja Anda selalu berusaha berbuat yang terbaik untuk instansi tempat Anda bekerja.

Atau,.. jika sekarang kondisinya kita balik dan Anda berkedudukan sebagai atasan di kantor; apakah Anda pernah membenci salah seorang bawahan Anda karena prestasi yang diraihnya? Mengapa Anda membenci bawahan Anda sendiri?

Apakah karena dia berprestasi, sehingga Anda khawatir tersaingi olehnya? Atau jangan-jangan, Anda takut kehilangan jabatan Anda saat ini karena potensi terpendam yang dimiliki karyawan Anda itu?

Memasuki Pekan Suci 2023 ini, mari kita instrospeksi terhadap diri kita masing-masing. Apakah selama ini kita lebih sering bersembunyi di balik zona kenyamanan hidup dan kenikmatan dunia yang hakekatnya semu ini?

Dan apakah hingga detik ini kita masih kerap beranggapan bahwa ‘kehadiran orang lain’ sebagai sebuah ancaman serius bagi popularitas dan status hidup yang sudah kita nikmati? Jika jawabannya adalah ‘ya’, maka Anda tidak lebih suci dibanding orang-orang Farisi dan imam-imam kepala yang bersekongkol merencanakan pembunuhan terhadap Yesus!

Sikap orang-orang Farisi dan imam-imam kepala dalam kisah Injil hari ini bisa kita jadikan “cermin” untuk melihat dan mengintrospeksi diri kita sendiri dengan sebuah pertanyaan sederhana demikian, adakah kita lebih buta, tamak, dan iri hati melebihi orang-orang Farisi dan imam-imam kepala itu?

Tuhan, terima kasih atas rahmat yang senantiasa Engkau curahkan kepada kami setiap hari. Ajarilah kami ya Tuhan, agar kami selalu bersyukur atas semua itu. Bantu kami juga ya Tuhan, agar sebagai anak-anak-Mu, kami dapat ikut bersyukur dan bersukacita atas kemajuan dan prestasi yang diraih oleh sesama kami.

Mampukan kami ya Tuhan, agar kami dapat mengasihi sesama kami dengan tulus hati dan senantiasa mengusahakan relasi persahabatan dan persaudaraan yang tulus pula. Sebab Engkaulah Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Penulis Renungan: Dionisius Agus Puguh
Pengisi Renungan: Ignacia Lola’ Tandirerung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *