BERBUAT WAJAR TANPA KEPURA-PURAAN

Renungan Tetes Embun: Rabu, 19 April 2023

“Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak.” (Yohanes 3: 16-21)

Anda penggemar band “God Bless”, tentu salah satu lagunya yang berjudul “Panggung Sandiwara” sangat familiar di telinga Anda. Lagu bergenre rock ini dengan apik dibawakan Ahmad Albar dan kawan-kawan.

Meskipun saya pribadi bukan penggemar band ini, namun saya menyukai beberapa lagu yang mereka ciptakan. Selain “Panggung Sandiwara”, saya juga menyukai salah satu lagu God Bless yang berjudul “Rumah Kita”.

Dalam bait pertama lagu “Panggung Sandiwara” , di sana tertulis untaian kalimat yang begitu mengusik perasaan saya. Berikut saya cuplikkan syair yang saya maksud tersebut (boleh dinyanyikan):

“Dunia ini panggung sandiwara. Ceritanya mudah berubah. Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani. Setiap kita dapat satu peranan. Yang harus kita mainkan. Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura. Mengapa kita bersandiwara?”

Dalam bacaan Injil Yohanes hari ini, disebutkan demikian, “…Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.”

Yang menjadi pertanyaan adalah, “Apakah perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukan manusia dan tertulis dalam bacaan Injil hari ini merupakan bagian dari panggung sandiwara seperti yang dilukiskan dalam penggalan lagu di atas?”

Mari kita refleksikan masing-masing, apakah selama ini kita lebih banyak melakukan segala sesuatunya secara wajar? Atau justru kita lebih banyak berpura-pura dalam keseharian kita?

Sebuah ungkapan berbahasa Jawa berbunyi demikian, “Gusti ora sare” yang bermakna, “Tuhan tidak tidur”. Ungkapan bijak ini hendak mengingatkan kita bahwa sesungguhnya tidak ada yang dapat kita sembunyikan dari hadapan Tuhan Allah.

Sehebat apapun kita, setinggi apapun jabatan kita, kita tetaplah manusia biasa dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang melekat pada diri kita masing-masing.

Barangkali banyak orang melupakan kenyataan tersebut; sehingga kemudian berbuat atau melakukan hal-hal yang jahat dan penuh tipu muslihat, demi meraih keuntungan pribadi dan pujian dari sesamanya.

Bagi kita umat beriman, tentunya apa yang diungkapkan Pemazmur berikut ini sangat kita resapi maknanya bukan?! : “TUHAN itu adil, Ia memotong tali-tali orang fasik.” (Mzm. 129:4).

Dan yang dimaksud orang-orang fasik adalah mereka-mereka yang tidak peduli terhadap perintah Tuhan. Orang-orang ini biasanya mengaku percaya kepada Tuhan, namun tidak mengamalkan perintah-Nya, bahkan cenderung melakukan perbuatan dosa dan kejahatan dalam kehidupannya sehari-hari.

Sebagai anak-anak Terang, mari kita sambut Terang itu dengan penuh sukacita. Jangan pernah gentar untuk menjadi saksi-saksi-Nya sampai ke ujung bumi!

Nyatakanlah kebenaran-Nya, dan jauhkanlah diri kita dari sikap kepura-puraan dan penuh tipu muslihat!

“Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah.” (bdk. Mat. 5:8)

Marilah Berdoa :
Tuhan, sabda-Mu adalah Jalan, dan Kebenaran, dan Hidup bagi kami. Anugerahkanlah hikmat dan sukacita kepada kami setiap hari ya Tuhan, agar kami dimampukan untuk terus berbuat baik secara wajar. Jauhkan kami dari sikap kepura-puraan yang dipenuhi kepalsuan dan tipu muslihat.

Berkati kami yang Tuhan, agar melalui semuanya itu kami menyadari keterbatasan kemanusiaan kami dan bergantung sepenuhnya kepada kuasa-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *