BERJUANG MENJADI SAKSI KEBENARAN

Renungan Tetes Embun: Selasa, 18 April 2023

“…Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”(Yoh 3:7-15)

Ketika sedang memberitakan sebuah kebenaran kepada orang lain, apakah Anda pernah ditolak oleh orang-orang di sekitar Anda? Bagaimana perasaan Anda ketika itu? Marah? Jengkel? Kecewa? Dongkol? Benci? Atau…???!!! Katakanlah putih jika itu putih. Dan katakan hitam jika itu hitam! Sepertinya mudah mengucapkan kalimat ini, bukan?!

Berbuat ternyata tak semudah berkata-kata! Apalagi jika yang kita katakan tersebut adalah “sesuatu yang benar” yang harus kita katakan di tengah situasi atau lingkungan yang “toksik”. Tinggal di lingkungan yang toksik, dewasa ini menjadi tantangan dan pergumulan tersendiri bagi kita – sebagai anak-anak Allah. Sebab lingkungan yang demikian ini biasanya cenderung mengarahkan orang-orang yang tinggal di dalamnya untuk melakukan hal-hal yang salah atau bahkan cenderung mengarah kepada kejahatan.

Dalam kehidupan sehari-hari, barangkali kita pernah tinggal di lingkungan toksik yang saya lukiskan di atas. Anda pun barangkali pernah dipertemukan dengan orang-orang yang perilakunya toksik yang selalu berusaha “meracuni” sesamanya dengan hal-hal yang tidak terpuji atau bahkan cenderung jahat.

Sebagai anak-anak Allah, bagaimana seharusnya sikap kita menghadapi semua itu? Apakah demi mencari “aman”, kita lalu memutuskan untuk ikut arus yang ada? Atau,… Anda justru berani melawan arus, karena merasa telah siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya?

Melalui bacaan Injil pada hari ini, terdapat kutipan berikut, “…Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orangyang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”

Sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus,tentu kita semua senantiasa diingatkan agar selalu mengikuti jejak-Nya, dengan jalan mewartakan sabda-Nya dan berani menjadi saksi-saksi-Nya yang hidup. Dan salah satu tindakan nyata yang dapat kita lakukan dalam keseharian kita adalah berani memberitakan kebenaran kepada sesama, dan siap menanggung segala konsekuensinya!

Pertanyaannya sekarang adalah, “Apakah selamaini kita sudah menjalankan prinsip ini dengan konsisten?” dalam artian, kita telah mampu melakukannya secara berkelanjutan? Atau kita baru mampu melaksanakannya sebatas “suam-suam kuku” saja?Dalam Kitab Wahyu ada tertulis demikian, “Jadikarena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (Why 3:16)

Ketika Anda merasa “takut atau gentar” saat mewartakan kebenaran, maka libatkanlah Tuhan dalam usaha pewartaan yang Anda lakukan itu. Berdoalah kepada-Nya dan mohonlah kekuatan agar Anda dimampukan untuk menjadi saksi-saksi-Nya yang konsisten dan tidak suam-suam kuku.

Tuhan, puji syukur kami ucapkan atas anugerahiman yang Engkau berikan kepada kami.Mampukan kami ya Tuhan, agar kami memilikikekuatan untuk mengubah apa yang dapat kamiubah dalam peziarahan hidup kami.Rahmati kami selalu, agar dalam perjalanan hidupkami sehari-hari, kami senantiasa berpegang teguhpada sabda-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan danpengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Penulis Renungan: Dionisius Agus Puguh
Pengisi Renungan: Victor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *