BERASAL DARI ALLAH

Renungan Tetes Embun: Jumat, 21 April 2023

“Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.”(Yoh 6:6)

Yesus yang jelas Putra Allah saja harus diadili, dihina, disiksa, memanggul salib, dan wafat di salib, sebelum dimuliakan oleh Tuhan melalui kebangkitan. Kenyataan inilah yang menjadi kekuatan iman para Rasul untuk terus mengajar dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias Kis. 5:42. Para Rasul adalah murid-murid pertama Yesus yang dipilih, berjalan bersama, mengikuti Jalan Salib, menjadi saksi Yesus wafat, menerima warta kebangkitan, dan menerima tugas perutusan untuk mewartakan kabar keselamatan ke seluruh dunia.

Dalam perjalanan waktu ada Yudas Iskariot yang berkhianat dan berakhir dengan bunuh diri. Rasul-rasul yang bertahan dan para pewarta keselamatan sesudahnya yang setia menjalani perutusan harus mengalami hina, siksa, bahkan ada yang sampai mati dibunuh, dan menerima rakhmat kemartiran. Kisah para Rasul mengisahkan bagaimana perjuangan para Rasul dalam bersaksi dan mewartakan karya keselamatan untuk membangun Gereja yaitu Umat Allah perdana yang mengimani bahwa Yesus adalah Mesias.

Dikisahkan juga bahwa ternyata di antara orang-orang Farisi yang berjuang sehebatnya demi Yesus dibunuh dan disalibkan akhirnya ada yang belajar dan menjadi bijak bahwa impossible untuk memusnahkan sesuatu yang berasal dari Allah Kis. 5:39. Misteri penggandaan lima roti dan dua ikan, sungguh menjadi kekuatan para Rasul, mereka percaya bahwa Tuhan Maha Tahu dan pasti akan bertindak pada waktu-Nya Yoh. 6:6. Para Rasul justru sangat bersyukur karena telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus Kis. 5:41.

Sebagaimana juga diteladankan oleh Santo Anselmus dari Canterbury yang diperingati hari ini, tetap setia mewartakan dan memegang prinsip kebenaran walau mengalami pengasingan dari penguasa yang mencoba menguasai kekayaan Gereja. Hmmm, setelah diteguhkan melalui perjuangan para Rasul dalam Kisah para Rasul dan Injil Yohanes yang secara gamblang mengisahkan penggandaan lima roti dan dua ikan, masihkah kita cemas, gelisah, khawatir, bahkan takut dalam memanggul salib-salib kecil kita mengarungi samudra kehidupan? Well itu manusiawi banget memang.

Jika belajar dari sejarah negeri kita, R.A. Kartini yang kita peringati hari ini, jelas berangkat dari kecemasan akan nasib kaum perempuan untuk memulai perjuangan. Kita memang hidup tidak di jaman Yesus, namun yakinlah Tuhan Maha Tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya atas setiap kita pribadi per pribadi. Ingatlah Sabda-Nya kepada Thomas, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya juga.” Para Rasul, Santo Anselmus dari Canterbury, dan R.A. Kartini adalah contoh nyata yang mengimani Tuhan akan berkarya pada waktu-Nya. Ingat dan yakinlah, Tuhan tidak akan memberikan percobaan tanpa memampukan kita.

Marilah berdoa Tuhan, ajarlah kami semakin mengimani dan percaya bahwa jika kami berserah kepada-Mu dan setia mengikuti-Mu maka segala yang terjadi dan kami terima dalam kehidupan adalah sungguh seturut kehendak-Mu dan berasal dari-Mu. Demi Tuhan yang hidup kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Penulis Renungan: Clara C. Maria Imm. Wara Wulandaru
Pengisi Renungan: Maria Indah Stephanie

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *