Renungan Tetes Embun: Minggu, 23 April 2023
“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” (Lks. 24:25-26)
Kisah para Rasul mengisahkan Petrus yang amat berani mewartakan sekaligus mengingatkan bagaimana orang-orang Yahudi telah berbuat sangat tanpa perikemanusiaan terhadap Yesus yang sebenarnya sudah dinubuatkan oleh para nabi. Kekejian dan penghinaan orang-orang Yahudi tidak berarti apa-apa atas Yesus yang memang dipermuliakan oleh Allah sendiri sesuai janji-Nya sebagaimana disampaikan kepada para nabi.
Santo Petrus dalam suratnya mengingatkan manusia untuk takut akan penghakiman akhir yang berarti harus menjauhi dosa. Sampai saat inipun kita harus menjauhi dosa karena kita sudah ditebus dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. 1 Ptr. 1:19 Injil Lukas mengisahkan perjumpaan Yesus dengan dua murid yang menuju ke Emaus. Bagaimana kekecewaan dan ketakutan mereka atas sengsara dan penyaliban Yesus
benar-benar membuat mereka diliputi keputusasaan hingga mereka tidak menyadari kehadiran Yesus sendiri.
Inilah yang umum dan nyaris selalu terjadi pada kita sebagai manusia. Saat bencana, derita, duka, masalah, dan atau problema apapun melanda maka kita hanya akan fokus pada apa yang dialami/terjadi bahkan mungkin berpikir atau terucap, “Di mana Tuhan, kenapa semua ini terjadi pada saya, apa salah saya?”
Apa ya benang merah dari ketiga bacaan hari ini? Bacaan pertama mengisahkan rangkaian misteri Tuhan bagaimana Yesus yang sudah dinubuatkan sejak jaman para nabi harus melalui semua derita dan sengsara sebelum sampai pada kemuliaan yang dijanjikan. Bacaan kedua menunjukkan bahwa semua derita dan sengsara itu adalah misteri penebusan.
Injil mengingatkan bahwa hanya penderitaan jalan menuju kemuliaan, lha Putra Allah sendiri harus melalui sedemikian apa lagi kita makhluk ciptaan. Seberat apapun bencana, derita, duka, masalah, dan atau problema … tengoklah salib … dan sadarilah Dia telah memikul semua dosa kita. Janganlah kita menjadi bodoh dan hilang iman hanya karena terlalu fokus pada bencana, derita, duka, masalah, dan atau problema yang dialami karena itu memang proses yang harus dilalui.
Tuhan, sadarkanlah kami bahwa bencana, derita, duka, masalah, dan atau problema bukanlah akhir dari segalanya melainkan proses yang harus dilalui seturut Kehendak Ilahi menuju Kemuliaan Surgawi. Demi Tuhan yang hidup kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Penulis Renungan: Clara C. Maria Imm. Wara Wulandaru
Pengisi Renungan: Rosita Sukadana