Benyamin adalah seorang diakon, berkebangsaan Persia. Ia hidup kurang lebih pada permulaan abad ke lima. Oleh karena kesalahan seorang Uskup bernama Abdas, penganiayaan kepada kaum Kristen mulai berkecamuk lagi.
Uskup Abdas membakar kuil utama dewa orang- orang Persia. Perbuatan itu menimbulkan reaksi hebat diantara orang- orang Persia yang masih kafir. Mereka menangkap orang – orang Kristen dan menyiksa hingga mati.
Diantara orang- orang Kristen yang ditangkap itu terdapat Diakon Benyamin yang sama sekali tidak terlibat dalam tindakan pembakaran kuil kafir itu. Diakon Benyamin dianiaya dengan kejam. Kebetulan waktu itu ada seorang Romawi yang mengenal baik Benyamin.
Ia lalu memohon kepada Raja Persia agar membebaskan Benyamin, namun Raja memberikan syarat : Benyamin tidak boleh menyebarkan ajaran Kristen lagi di kawasan Persia.
Mendengar syarat pelepasan itu, Benyamin dengan gagah berani menolak mentah mentah. Seperti santo Petrus dan Yohanes, Benyamin menjawab: tidak mungkin saya tidak mewartakan Kristus dan Injil- Nya. Dan Karena jawaban ini, Benyamin dihukum mati pada tahun 424.
Kisah Orang Kudus 30 Maret 2023: Santo Yohanes Klimakus
Kisah masa kecil dan masa muda Yohanes Klimakus kurang diketahui dengan pasti. Banyak orang menduga bahwa ia berasal dari Palestina dan telah berkeluarga sewaktu memasuki biara pertapaan di gunung Sinai.
Setelah selesai masa novisiatnya selama 4 tahun, ia mengikrarkan kaulnya. Beberapa tahun setelah itu, Yohanes mengundurkan diri dari pertapaan gunung Sinai dan memencilkan diri ke gurun pasir yang sunyi, sambil mempelajari riwayat para Kudus serta berbagai tulisan mereka.
Usaha ini berhasil membentuk kepribadiannya menjadi seorang yang bijaksana dan suci. Atas kepribadiannya, banyak orang tertarik dengan kepribadiannya dan rajin datang meminta nasehat dan bimbingan kepada Yohanes Klimakus.
Dalam usia 70 tahun, Yohanes dipilih sebagai Abbas di tempat pertapaan di Gunung Sinai. Ia menulis sebuah buku mengenai kesempurnaan hidup Kristiani, yang terkenal selama berabad – abad. Pada hari- hari menjelang kematiannya di tahun 649, Yohanes Klimakus mengundurkan diri ketempat sunyi untuk berdoa dan bertapa.
Kisah Orang Kudus 29 Maret 2023: Santa Fransiska Romana
Fransiska lahir di Roma pada tahun 1384. Cita-citanya adalah menjadi seorang biarawati. Tetapi karena suatu pertimbangan khusus, kedua orangtuanya menikahkan Fransiska dengan seorang pemuda bangsawan bernama Lorenzo de Ponziani.
Dari perkawinan ini, Fransiska dianugerahi beberapa orang anak. Hubungannya yang erat dengan Tuhan melalui doa-doanya menumbuhkan dalam dirinya suatu kepekaan dan keprihatinan besar pada kondisi hidup orang-orang miskin dan sakit.
Ketika terjadi perang di kota Roma, Lorenzo suaminya ditangkap dan diasingkan, tanah dan hartanya dijarah, dan anaknya yang sulung dibawa sebagai sandera. Walau pahit, Fransiska menanggapi semuanya ini dengan tabah dan pasrah pada Tuhan.
Sewaktu keadaan pulih, Fransiska bersama beberapa rekannya mendirikan sebuah komunitas religius, semacam kongregasi, untuk meningkatkan karya-karya amalnya. Komunitas religius ini berafiliasi pada Ordo Benediktin dan dibaktikan pada hidup doa dan karya-karya amal.
Setelah Lorenzo meninggal dunia dan anak-anaknya meningkat dewasa, Fransiska masuk biara yang telah didirikannya. Ia diangkat menjadi pemimpin biara hingga hari kematiannya pada tanggal 9 Maret 1440. Dengan memperhatikan seluruh cara hidup yang dialaminya, gereja menyatakannya sebagai Kudus pada tahun 1608.
Selagi dalam pendidikan, Doroteus bosan dengan segala macam pelajaran di sekolah. Namun demikian, yang membosankan itu lambat laun menjadi hilang, seiring dengan perjuangan Doroteus yang berupaya menjadi orang yang rajin dan gemar membaca. Dan semangat baru itu kemudian menghantar Doroteus kedalam kehidupan membiara pada tahun 530 di sebuah biara di Palestina.
Kepada rekan- rekannya ia mengatakan : Jika kita dapat mengalahkan perasaan bosan dan males belajar, maka kita juga dapat mengalahkan hawa nafsu dan menjadi orang yang Kudus.” Kalimat itu menunjuk pada tekadnya yang keras membaja untuk mencapai kesempurnaan hidup lewat cara hidup membiara.
Dorotues mencapai kemajuan pesat dalam hidup rahaninya dan kemudian mendirikan dan memimpin sebuah biara pertapaan di Gaza. Bagi Doroteus, kesucian tidaklah sama dengan mengerjakan mukzijat- mukzijat dan menjalankan puasa serta tapa.
Kesucian itu suatu tindakan menyangkal diri sendiri dan menundukkan kehendak pribadi kepada kehendak Tuhan. Dengan berusaha mencapai tujuan inilah, Doroteus akhirnya menjadi orang Kudus.
Rupertus dikenal sebagai orang Kudus keturunan suku bangsa Jerman. Sebelum menjadi misionaris di Bavaria sehingga dijuluki Rasul Bavaria, Rupertus telah menjadi Uskup Worms, Jerman. Perjalanan misionernya ke Regensburg, Bavaria, dilakukan pada tahun 697, dengan dukungan Theodo, seorang Adipati yang kafir, namun sangat baik hati dan mendukung para misionaris melaksanakan tugasnya sebagai pewarta Injil Kristus.
Rupertus lah yang akhirnya mengajarkan agama Kristen kepada Theodo bersama beberapa orang lainnya. Untuk memperkokoh karya mereka, Rupertus mendirikan sebuah pusat pendidikan agama di Juvavum, Austria , hingga kematiannya sebagai Uskup pada tahun 710.
Ireneus masih sangat muda ketika terpilih menjadi Uskup kota Sirmium, sebuah kota di Propinsi Pannonia, Eropa Tenggar. Dia dikenal sebagai seorang Uskup yang beriman kokoh dan punya semangat pengabdian dan kerasulan yang tinggi. Demi Kristus dan kerajaan Allah, ia rela meninggalkan sanak saudara dan orang tuanya.
Sewaktu terjadi penganiayaan terhadap orang Kristen pada masa kaisar Diokletianus, Irenius dihadapkan kepada Gubernur Pannonia untuk diadili. Ia dipaksa membawakan kurban persembahan kepada dewa- dewa kafir Romawi. Uskup Ireneus yang saleh dengan tegas menolak perintah Gubernur. Karenanya, Ireneus disiksa dengan kejam. Ibu dan sanak saudara, kenalan dan sahabat- sahabatnya menganjurkan dia agar dia mengikuti saja kemauan gubernur supaya luput dari kematian ngeri.
Meski mengalami penderitaan, Ireneus tetap setia kepada Kristus karena berpegang teguh pada kata- kata Kristus. Ireneus akhirnya digiring ke atas panggung untuk dipenggal kepalanya. Ireneus tidak gentar, ia bahkan membuka sendiri pakaiannya, lalu mengangkat tangannya ke atas sambil memohon agar Yesus datang menjemput jiwanya. Peristiwa ini terjadi di kota Mitrovicea, Yugoslavia pada tahun 304.
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm.23:4)
Bacaan hari ini baik dari Injil Yohanes maupun Mazmur berbicara tentang hal yang sama yaitu gembala yang baik. Salah satu kebaikannya adalah diungkapkan dalam 1 Petrus 2:24 yaitu Tuhan memikul salib agar kita bisa hidup dalam kebenaran.
Di era saat ini teknologi berkembang dengan cepat sehingga tidak mengherankan distorsi informasi dengan mudah terjadi. Kita menjadi sulit membedakan mana informasi asli atau informasi palsu
dan tentu saja hal tersebut memberikan dampak dalam pengambilan keputusan kita sehari hari. Oleh karena itu kita dapat memilih informasi dengan melihat sumber yang terpercaya seperti situs pemerintah dan sebagainya.
Demikian pula dalam hal iman, seringkali dalam era yang membuat kita mempertanyakan iman kita dapat mengikuti sumber yang benar. Dalam 1 Petrus 2:21 dikatakan bahwa Yesus sudah meninggalkan teladan dan agar kita dapat mengikuti jejak Nya atau dengan kata lain kita tidak menjadi sesat.
Selain tidak menjadi sesat, pemazmur juga mengungkapkan dengan mengikut Tuhan sebagai gembala maka kita akan dimampukan untuk berani berjalan di dalam lembah kelam, kita menjadi berani menghadapi segala situasi yang mampu mengoncangkan iman. Bukan hanyan menjadi berani tetapi juga pemeliharaan Tuhan sehingga kita tidak kekurangan apapun.
Pilihan untuk mengikut Kristus ini juga ditunjukkan oleh sikap jemaat mula mula dalam Kisah Para Rasul 2 untuk di baptis. Menariknya jika semua hal tersebut berjalan mengapa masih ada anak anak Tuhan yang tersesat? Jawabannya ada dalam bacaan Yohanes 10:1-10 yaitu ketidakmampuan orang untuk membedakan antara pencuri perampok dan penjaga.
Lebih lanjut bacaan Injil tersebut mengungkapkan bahwa pencuri perampok tidak mengenal dombanya sedangkan penjaga mampu memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya. Oleh karena, ikutilah pribadi yang sungguh sungguh mengenalmu dan mampu menuntun mu agar engkau mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan
Tuhan terimakasih atas pengorbanan Mu diatas kayu salib agar aku memperoleh hidup. Oleh karena itu ya Yesus, ajarkan aku mengenal suara Mu dan gerak kan ku agar mau di tuntun oleh Mu dalam segala situasi hidup. Amin.
Penulis Renungan: Ali Wardhana
Pengisi Renungan: Benedictus Isworohadi
“Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?”(Mzm.116:12)
Bacaan hari ini yang diambil dari Kisah Para Rasul 9:31-42 bercerita tentang mujizat atas nama Tuhan Yesus Kristus yaitu menyembuhkan Eneas yang sudah lumpuh selama 8 tahun dan membangkitkan Tabita yang sudah meninggal. Menariknya seluruh mujizat itu dilakukan oleh rasul Paulus yang sebelumnya mengancam untuk mengejar dan bahkan membunuh murid murid Yesus.
Suatu saat teman saya bercerita bahwa ia sedang dalam kesulitan keuangan karena cicilan rumahnya berjalan bersamaan dengan rencana pernikahannya. Memang sebelumnya ia tidak merencanakan menikah dan milih hidup selibat namun Tuhan berkehendak lain, sehingga rencana keuangan menjadi sedikit
terganggu.
Mendengar kesulitan tersebut lantas sebagai teman saya memberikan saran kepada teman saya untuk berdoa kepada Tuhan Yesus melalui Bunda Maria dengan berdoa rosario. Singkat cerita, ia melaksanakan nasihat saya dan pada akhirnya seluruh kesulitan dapat ia lewati dengan baik.
Melalui kisah teman saya dan kisah dari bacaan hari ini kita dapat melihat betapa luar biasa Nya Tuhan kita. Seperti lirik sebuah lagu, bahwa Tuhan tidak pernah berjanji langit selalu biru, Tuhan tidak berjanji bahwa hidup kita tidak ada masalah seperti yang dialami oleh Eneas dan Tabita.
Namun justru melalui serangkaian masalah itulah kita bisa melihat berbagai mujizat atas hidup kita atau bahkan melalui masalah kita itulah Tuhan mempertontonkan kuasa Nya atas hidup kita tanpa mempedulikan apa latar belakang kita, sekalipun orang dengan latar belakang seperti
rasul Paulus.
Jika demikian tidak mengherankan jika pemazmur mengatakan bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku karena memang begitu besar perbuatan baik Tuhan atas kita. Sebagai penutup, lantas yang menjadi pertanyaan bagi diri kita adalah ketika badai permasalahan tersebut datang dan kemudian menggoncang iman kita, apakah kita memilih yakin dengan iman atau memilih mundur seperti Murid-murid di Galilea dalam bacaan injil Yohanes 6:60-69? Tuhan Memberkati.
Tuhan aku mengucap syukur atas segala perbuatan baik yang Engkau curahkan atas hidupku tanpa melihat siapa aku. Kuatkanlah aku ya Tuhan agar ketika iman ku tergoncang, aku tidak mundur melainkan terus berjalan bersama Mu karena aku tahu Engkau akan menyertaiku sekarang dan selama lama nya. Amin.
“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di
dalam dia” (Yoh. 6:56)
Hari ini adalah Peringatan Orang Kudus Katolik yaitu Santo Louis Marie Grignon de Monfort di mana dalam sebuah doa, beliau berkata Totus Tuus ego sum yang berarti Akulah Milikmu. Pernyataan tersebut memiliki arti penyerahan hidup seutuhnya yang kemudian digambarkan oleh bacaan hari ini dari Kisah Para Rasul 9:1-20 tentang pertobatan Saulus yang kemudian menjadi milik Tuhan seutuhnya.
Ketika muda saya memiliki sebuah keyakinan bahwa saya mampu melakukan segala sesuatu dengan kemampuan saya. Suatu sikap yang mungkin umum dialami oleh orang dalam rentan usia 20 -an. Hingga suatu saat saya mengalami suatu masalah yang cukup rumit dan sayangnya setelah mencoba berbagai cara saya tidak menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi.
Peristiwa tersebut kemudian sempat membuat saya kehilangan arah hidup namun peristiwa tersebut pula menyadarkan saya bahwa akulah milik Nya sehingga bukan lagi kehendak ku yang terjadi melainkan kehendak Nya yang terjadi.
Peristiwa saulus menjadi Paulus merupakan peristiwa yang berkesan buat saya. Bukan hanya karena Paulus menjadi nama baptis dan santo pelindung saya pribadi melainkan pesan di balik peristiwa tersebut.
Menurut saya Tuhan hendak berpesan melalui peristiwa tersebut adalah kita semua termasuk saulus pada waktu itu, adalah Milik Tuhan seutuhnya, sehingga kita mau berlari kemanapun pada akhirnya kita akan kembali kepada-Nya.
Hal tersebut kemudian dipertegas oleh ucapan Yesus dalam Yohanes 6:53 dimana dikatakan sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
Makna ucapan tersebut tentu tidak bisa di terjemahkan secara harafiah namun memiliki makna bahwa kita memang hidup didalam Dia agar kita memiliki arah dan makna dalam hidup ini. Dengan kata lain, kita diminta mengakui bahwa kita adalah miliknya dan tentu saja sebagai kepunyaan Nya kita tentu akan mengizinkan Sang Pemilik untuk masuk dan pada akhirnya tinggal dalam hidup kita.
Tuhan terima kasih telah menjadikan ku Milik mu sehingga aku boleh terus berjalan dalam terang Mu. Jika suatu saat aku menjadi lupa bahwa aku Milik Mu maka kiranya Engkau sudi menegurku dengan kelemahlembutan Mu. Amin.
“Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.” (Mzm. 66:20)
Bacaan hari ini yang diambil dari injil Yoh 6 :44-51 yang berbicara terkait Yesus sebagai Roti hidup dimana bacaan ini merupakan kesinambungan dengan bacaan Injil kemarin. Intisari dari bacaan Yoh 6 :44-51 adalah hidup yang kekal bagi yang percaya pada Nya.
Bacaan tersebut juga diiringi oleh bacaan Kisah Para Rasul 8:26-40 yang menceritakan tentang seorang sida-sida yang menyerahkan dirinya untuk dibaptis dan kemudian memperoleh sukacita. Kedua bacaan tersebut memiliki benang merah yaitu Percaya.
Dalam bekerja saya lebih banyak menggunakan logika berfikir hingga suatu saat saya berhadapan dengan seseorang yang betul betul saya tidak dapat mengerti. Tindakan dan cara berfikir orang tersebut tidak dapat saya cerna dengan logika, sebagai akibatnya saya kesulitan dalam berkomunikasi dan memahami orang tersebut.
Hingga suatu saat saya meluangkan waktu untuk berbincang dengan dia dan pada akhirnya saya menjadi tahu alasan dibalik tindakannya dan kemudian timbul kepercayaan.
Merujuk pada kisah sida-sida yang menjadi percaya setelah Filipus meluangkan waktu untuk berbincang dibawah tuntunan Roh Kudus, maka kita dapat belajar dari Filipus bahwa kita sebaiknya meluangkan waktu untuk berbincang dan mendengar firman Tuhan.
Dalam Roma 10:17 jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Oleh karena itu kita harus mendengarkan dan pada akhirnya seperti sida-sida tersebut, kita menjadi percaya dan melalui percaya tersebut, Yohanes 6:47 mengatakan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Sebagai penutup luangkanlah waktu berbincang dengan Tuhan agar rasa percayalah pada Tuhan Yesus sebagai roti hidup kian hari kian bertumbuh.
Tuhan terimakasih atas segala pengajaran Mu yang membuat ku semakin hari semakin percaya pada Mu. Bantulah aku agar semakin hari semakin mampu untuk mendengar mu. Amin
Penulis Renungan: Ali Wardhana
Pengisi Renungan: Aloysius Rangga Aditya Nalendra